Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara (BTN) menghadapi risiko penurunan kualitas kredit. Pasalnya rasio non performing loan (NPL) per September terlihat naik di level 3,4% dari 3,2% di periode sama tahun sebelumnya.
Alhasil perseroan meningkatkan beban pencadangan 230,4% secara tahunan menjadi Rp 4,4 triliun di sembilan bulan pertama tahun ini.
Setiyo Wibowo, Direktur Risk Management BTN menjelaskan, bahwa peningkatan tersebut terutama disebabkan oleh penurunan kemampuan bayar sebagian debitur yang sebelumnya mendapatkan restrukturisasi kredit selama masa pandemi COVID-19.
Baca Juga: Daya Beli Melemah, Rasio Kredit Macet KPR Semakin Meningkat
“Penyebab kenaikan NPL di kuartal III terutama dipengaruhi oleh penurunan kemampuan bayar sebagian debitur yang pernah direstrukturisasi saat pandemi COVID-19, seiring berakhirnya masa keringanan,” ujar Setiyo kepada kontan.co.id, Kamis (31/10).
Lebih lanjut ia menyebut, tekanan paling besar datang dari segmen pekerja swasta.
“Segmen dengan kredit macet tertinggi dominan berasal dari debitur ritel atau pekerja swasta yang sebelumnya mendapat restrukturisasi pandemi,” jelas BTN.
Meski sempat meningkat, pihaknya optimistis tren NPL akan kembali terkendali hingga akhir tahun. Dengan berbagai langkah penanganan yang tengah dijalankan, perseroan menargetkan rasio NPL dapat terjaga di kisaran sekitar 3,1% hingga akhir 2025.
“Dengan langkah-langkah strategis yang sedang kami jalankan, kami memperkirakan tren NPL akan berangsur membaik dan tetap terkendali,” ungkanya.
Baca Juga: Rasio Kredit Macet KPR Semakin Meningkat di Tengah Pelemahan Daya Beli
BTN melakukan sejumlah upaya untuk menjaga kualitas kredit dan memperkuat manajemen risiko. Beberapa langkah tersebut meliputi re-engineering proses bisnis secara prudent di seluruh siklus kredit, serta memperkuat underwriting menggunakan machine learning dan artificial intelligence (AI) agar penilaian risiko lebih presisi.
Selain itu, BTN juga mengubah sistem collection management berbasis data analytics guna memperkuat fungsi early warning dan strategi penagihan yang lebih tepat sasaran.
Perseroan pun mempercepat proses asset recycle untuk mempercepat pemulihan dan mengoptimalkan kualitas aset.
"Langkah-langkah tersebut diharapkan mampu menjaga kualitas portofolio kredit BTN tetap sehat di tengah transisi pascapandemi dan dinamika ekonomi yang masih menantang," imbuhnya.
Selanjutnya: Empat Tangki Baru Dongkrak Kapasitas Simpan BBM Kilang Balongan
Menarik Dibaca: Teknologi Cegah Bullying, Begini Inovasi Anak Sekolah Bandung
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













