Reporter: Ferry Saputra | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) mengatakan, terdapat beberapa tantangan yang akan dihadapi industri asuransi jiwa ke depannya.
Direktur Eksekutif AAJI Togar Pasaribu mengatakan salah satu tantangannya, yakni tingkat inklusi asuransi yang cenderung lebih rendah dibandingkan literasi.
"Kondisi itu mengindikasikan bahwa masih banyak masyarakat yang memiliki pemahaman baik mengenai asuransi, tetapi belum memiliki produk asuransi," ujarnya kepada Kontan, Rabu (16/10).
Terkait hal tersebut, Togar menyebut AAJI secara aktif meningkatkan literasi keuangan, khususnya terkait produk asuransi jiwa, melalui berbagai program edukasi.
Selain itu, dia bilang tingginya angka klaim kesehatan selama beberapa waktu ke belakang di industri asuransi jiwa juga menjadi tantangan tersendiri. Untuk menanggapi kenaikan biaya klaim akibat inflasi medis, Togar menyampaikan perusahaan asuransi perlu menyesuaikan premi polis.
Baca Juga: AAUI Optimistis Industri Asuransi Umum Masih Terus Bertumbuh pada 2025
"Namun, kenaikan premi dapat berdampak pada daya tarik masyarakat terhadap produk asuransi, terutama jika kenaikannya dirasa terlalu tinggi. Hal itu berisiko menurunkan jumlah pemegang polis dan mempersulit dalam meningkatkan penetrasi pasar, terutama di kalangan masyarakat berpenghasilan rendah atau menengah," tuturnya.
Tantangan lainnya, yaitu masih tingginya ketidakpastian ekonomi global, terutama dipengaruhi oleh ketegangan geopolitik, juga menjadi tantangan tersendiri bagi industri perasuransian di Indonesia. Togar mengatakan tantangan tersebut tercermin dari fluktuasi pada nilai tukar Rupiah dan pasar modal, yang mana berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan asuransi.
Meskipun industri asuransi menghadapi berbagai tantangan, Togar tetap optimistis bahwa industri asuransi jiwa akan terus bertumbuh pada tahun depan.
Dia menerangkan pandemi Covid-19 telah meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan keuangan, terutama dalam bentuk asuransi jiwa dan kesehatan.
"Banyak individu dan keluarga yang menyadari bahwa risiko kesehatan dan ketidakpastian ekonomi bisa berdampak signifikan tanpa perlindungan yang memadai. Tren itu mendorong meningkatnya permintaan terhadap produk asuransi, baik di segmen individu maupun kelompok," katanya.
Selain itu, Togar mengatakan perusahaan asuransi jiwa juga makin banyak yang bekerja sama dengan penyedia layanan kesehatan untuk mengendalikan biaya medis yang meningkat. Dia bilang kerja sama itu memungkinkan perusahaan asuransi menawarkan produk yang berinovasi dan beragam yang lebih terjangkau.
Baca Juga: OJK: Perusahaan Asuransi Perlu Tingkatkan Modal untuk Menjawab Tantangan
Dengan adanya transformasi digital, Togar juga menyebut industri asuransi jiwa ke depannya dapat mengadopsi teknologi yang lebih luas, seperti aplikasi mobile, analitik data, dan kecerdasan buatan. Melalui hal itu, dia mengatakan perusahaan asuransi dapat lebih efisien dalam mendistribusikan produknya ke masyarakat dengan jangkauan yang lebih luas.
Berdasarkan data AAJI, pendapatan premi industri pada semester I-2024 sebesar Rp 56,54 triliun. Nilai itu meningkat 4,78%, dibandingkan periode sama tahun lalu yang sebesar Rp 53,96 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News