Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Baru-baru ini, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) tersandung kasus ketika oknum karyawannya ASW dan SCP diduga melakukan kejahatan perbankan. Karyawan tersebut menawarkan bunga pinjaman yang tidak sesuai dengan ketentuan bank.
Atas kasus tersebut, Direktur Distribution & Funding Bank BTN Jasmin bilang bahwa saat ini pihaknya menyerahkan kasus tersebut terhadap kepolisian untuk membuktikan apakah Bank juga turut bersalah dalam kasus ini.
“Kalau misalnya BTN harus mengganti ya kita akan ganti sesuai keputusan pengadilan,” ujar Jasmin, belum lama ini.
Oleh karenanya, ia meminta seluruh nasabah BTN tidak perlu khawatir karena bank pelat merah ini jika terbukti bersalah dan sudah berkekuatan hukum tetap, tentu bank akan bertanggung jawab.
Baca Juga: Bank KB Bukopin (BBKP) Jual Aset Bermasalah ke Perusahaan Singapura Rp 3,81 Triliun
Meski demikian, Jasmin menegaskan bahwa saat ini pihaknya selalu menawarkan bunga pinjaman yang juga sesuai dengan tingkat bunga penjaminan yang ditetapkan oleh Lembaga Penjaminan Simpanan (LPS).
Lebih lanjut, Jasmin bilang jika ada karyawan yang menawarkan bunga pinjaman yang dinilai tidak make sense, maka itu hanyalah oknum saja yang memanfaatkan nama bank.
“Karyawan tersebut sudah jadi tersangka dan sudah ditahan dan kita serahkan saja pada polisi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Modus kejahatan perbankan yang dilakukan, ada sejumlah pemilik dana yang bekerja sama dengan ASW untuk menempatkan dana di bank dengan janji mendapatkan suku bunga sebesar 10% setiap bulannya.
Baca Juga: Lakukan Efisiensi, BTN Masih Bakal Tutup Tujuh Kantor Cabang Tahun Ini
Suku bunga tersebut tidak pernah ada di perbankan, khususnya Bank BTN. Proses pembukaan rekening juga tidak sesuai dengan ketentuan bank.
Para pemilik dana juga disebutkan tidak pernah datang ke Bank untuk membuka rekening dan tidak pernah memiliki buku tabungan maupun kartu ATM. Namun, mereka telah beberapa kali menerima pembayaran imbal bunga dari ASW, namun kemudian pembayarannya tidak lancar dan terhenti.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News