Reporter: Ferry Saputra | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Rencana konsolidasi perusahaan asuransi dan reasuransi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) masih digodok.
Mengenai hal itu, Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) menilai Badan Pengelola Investasi (BPI) Daya Anagata Nusantara (Danantara) sebagai pemegang saham asuransi dan reasuransi BUMN tentu sudah memiliki kajian yang dalam mengenai rencana konsolidasi.
"Saya pikir pemerintah melalui Danantara sudah melalui satu kajian yang tajam untuk melakukan konsolidasi atau merger perusahaan-perusahaan tersebut," kata Ketua Umum AAUI Budi Herawan saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Jumat (1/8/2025).
Budi menambahkan apabila konsolidasi tersebut terjadi nantinya, akan mengurangi jumlah perusahaan perasuransian yang ada.
Baca Juga: Ada Konflik Thailand dan Kamboja, AAUI: Bisnis Asuransi Umum Belum Terdampak
Dia bilang gabungan dari beberapa perusahaan akan menimbulkan dampak positif yakni adanya penguatan kapasitas permodalan sehingga memiliki daya tahan yang lebih kuat.
"Selain itu, saya pikir, daripada masing-masing perusahaan meminta tambahan modal, lebih baik satu kali saja sebenarnya. Tinggal, perusahaan itu bisa memitigasi risiko dengan baik ke depannya," tuturnya.
Sebelumnya, Budi sempat menyampaikan kepada Kontan bahwa konsolidasi asuransi dan reasuransi BUMN tentunya dapat mendorong peningkatan daya saing industri nasional, termasuk di pasar korporasi, reasuransi domestik, dan sektor-sektor strategis lainnya.
Meskipun demikian, dia juga mencermati bahwa dinamika pasar dapat berubah, terutama terkait komposisi perusahaan asuransi dan tingkat kompetisi antar pelaku usaha.
Selain itu, Budi menilai konsolidasi asuransi dan reasuransi BUMN dapat memperkuat struktur pasar secara jangka panjang, tetapi perlu dijaga agar tidak mengurangi prinsip fair competition atau memarginalkan pelaku usaha lain, khususnya dari kalangan swasta nasional.
Baca Juga: AAUI Proyeksikan Pendapatan Premi Asuransi Umum Tumbuh Single Digit pada 2025
"Oleh karena itu, kami mendorong agar rencana konsolidasi dirancang dengan prinsip transparansi, akuntabilitas, dan kolaborasi yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan industri," ucap Budi.
Budi mengatakan AAUI siap berperan sebagai mitra strategis dalam proses transformasi tersebut, demi kemajuan industri asuransi umum yang sehat, berdaya saing, dan inklusif.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan dan Dana Pensiun OJK Ogi Prastomiyono sempat mengatakan OJK saat ini masih menunggu dari pihak Danantara selaku pemegang saham asuransi dan reasuransi BUMN mengenai konsep bentuk konsolidasi yang akan diimplementasikan.
"Konsepnya belum disampaikan resmi kepada OJK mengenai konsolidasi. Tentunya kami menunggu dari Danantara bagaimana bentuk konsolidasinya. Kami tahu (BUMN) ada asuransi jiwa, umum, reasuransi, dan syariah, sehingga kami masih menunggu," ucapnya saat ditemui di kawasan Jakarta Pusat, Selasa (22/7).
Baca Juga: Pertumbuhan Premi Asuransi Umum Memburuk, Begini Penjelasan AAUI
Ogi menerangkan ketika sudah menerima strategi atau konsep konsolidasi yang akan dilakukan, baru OJK akan mendiskusikan dengan pihak yang terkait.
Lebih lanjut, Ogi mengatakan adanya konsolidasi itu bisa berdampak baik bagi industri. Dia menerangkan apabila berbagai perusahaan menjadi satu tentu secara daya tahan dan kapasitas juga akan lebih baik.
"Kalau ada beberapa perusahaan sejenis tersebar itu menjadi kecil-kecil. Kalau menjadi satu, kan, lebih baik," tuturnya.
Namun, Ogi tak memungkiri memang ada pro dan kontranya juga, terutama berkaitan dengan kepemilikan saham di perusahaan masing-masing.
"Bagi kami, sebenarnya (konsolidasi) supaya pelaku industri itu kuat dari segi permodalan dan penerapan manajemen risikonya berjalan dengan baik, sehingga menjamin pertumbuhan ekonomi yang lebih sustain," kata Ogi.
Selanjutnya: Imbal Jasa Penjaminan Melebihi Volume Penjaminan, Asippindo Beberkan Penyebabnya
Menarik Dibaca: Ruang Laktasi Sangat Penting dalam Mendukung Keberhasilan Ibu Menyusui lo
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News