kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45892,58   -2,96   -0.33%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Ada tren penurunan bunga, perbankan besar yakin biaya dana bakal susut


Kamis, 27 Februari 2020 / 21:12 WIB
Ada tren penurunan bunga, perbankan besar yakin biaya dana bakal susut


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi likuiditas yang ketat dan persaingan perebutan dana yang sengit membuat rasio biaya dana alias cost of fund (CoF) sempat mengalami peningkatan. Kendati demikian, di tahun 2020 sejumlah bank besar menilai kondisi tersebut bakal melandai lantaran sudah dimulainya tren penurunan suku bunga terutama.

Apalagi, Bank Indonesia (BI) melalui kebijakannya telah kembali menurunkan tingkat bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 4,75%. Pun, sebenarnya di penghujung tahun lalu biaya dana sempat melandai yang disebabkan oleh transmisi penurunan suku bunga di 2019.

Sekretaris Perusahaan PT Bank Mandiri Tbk Rohan Hafas menilai, hal tersebut pun sudah berlanjut di awal tahun 2020. Menurut dia, dibandingkan dengan akhir tahun lalu, per Januari 2020 posisi CoF Bank Mandiri sudah ada di level 2,81% atau telah berhasil turun 5 bps secara year to date (ytd). 

"Tahun lalu memang kami sedikit mengalami kenaikan CoF seiring dengan meningkatnya persaingan pasar dan mengetatnya likuiditas perbankan," ujar Rohan kepada Kontan.co.id, Kamis (27/2).

Baca Juga: Meski tipis, sebenarnya penurunan suku bunga perbankan sudah dimulai

Namun, ke depannya, Bank Mandiri yakin biaya dana akan terus mengalami penurunan. Sejalan dengan tren penurunan suku bunga dan mulai membaiknya likuiditas pasar. Walhasil, bank bersandi bursa BMRI ini pun yakin CoF akan berada di kisaran 2,7%-2,8% di akhir 2020. Lebih rendah dibanding periode-periode sebelumnya.

Nah, dalam rangka menjaga CoF agar tetap terkendali, salah satu strategi yang dilakukan tak lain dengan mendorong pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) secara berkelanjutan. Bank berlogo pita emas ini praktis menegaskan akan menginjak gas dalam pertumbuhan dana murah alias current account and saving account (CASA).

Hal ini telah terbukti, posisi rasio CASA Bank Mandiri di akhir Januari 2020 pun sudah ada di level 65,8% atau sekitar Rp 521 triliun (dana giro dan tabungan). "Ke depannya strategi peningkatan CASA akan difokuskan pada upaya penguatan cross selling dan menciptakan ekosistem bisnis," imbuhnya. Bank Mandiri pun akan lebih gencar mendorong sinergi antar segmen korporasi dan ritel.

Di samping itu semua, perseroan juga akan melakukan penguatan layanan digital dan pilihan produk finansial yang lebih lengkap. Tentunya, dengan harapan agar dana nasabah tetap terparkir rapih di Bank Mandiri.

Sama seperti Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) pun punya strategi yang kurang lebih sama. Wakil Direktur Utama Bank BNI Anggoro Eko Cahyo mengatakan tahun ini harapannya CoF bisa terjaga stabil di kisaran 3%-3,2% "Untuk CASA kami jaga di kisaran 60%-65% terhadap total DPK," singkatnya kepada Kontan.co.id, Rabu (26/2) malam.

Sebagai pengingat saja, tahun lalu CoF BNI memang sempat meningkat sebanyak 40 bps secara tahunan menjadi 3,2%. Posisi ini terbilang yang paling tinggi, setidaknya untuk tiga tahun terakhir. Bank berlogo 46 ini pun percaya diri dapat mendorong CASA. "Tidak ada istilah sulit untuk mendorong CASA karena kami punya strategi yang efektif," terangnya.

Memang benar, pada tahun lalu kendati perebutan dana sedang sengit-sengitnya, Bank BNI tetap mencatatkan rasio CASA naik 1,8% dari 64,8% di 2018 menjadi 66,6%. Rasio ini menjadi rekor tertinggi yang dicapai oleh BNI.

Baca Juga: Perbankan bakal genjot kredit UMKM, begini strateginya

Tak mau kalah, bank nomor wahid dari sisi aset yaitu PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) pun angkat suara. Menurut Sekretaris Perusahaan BRI Amam Sukriyanto per Januari 2020 CoF perseroan pun sudah turun 20 bps dari 3,8% di bulan Januari 2019 menjadi 3,6%. "Hal ini seiring dengan tren penurunan suku bunga," katanya.

Namun, bank bersandi bursa BBRI ini pun tetap mengisyaratkan bahwa ketatnya likuiditas masih menjadi faktor lemahnya penurunan CoF dibandingkan penurunan suku bunga acuan. Meski begitu, BRI tetap terus berupaya melakukan efisiensi biaya dana. Antara lain dengan melakukan penurunan suku bunga counter rate deposito tenor di atas 3 bulan sekitar 25 bps hingga 50 bps.

Pun, CASA masih menjadi fokus utama mobilisasi simpanan melalui penguasaan transaksi dan pembayaran. Dus, komposisi CASA BRI ditargetkan bisa mencapai 60% pada akhir tahun 2020. Naik dari tahun lalu 59,01%. Apalagi, saat ini jumlah rekening simpanan di BRI sudah sangat jumbo mencapai 129 juta rekening.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×