Reporter: Andri Indradie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bank Internasional Indonesia Tbk (BII) akhirnya membukukan laba bersih. Per akhir September 2010, laba bersih BII tercatat sebesar Rp 415 miliar atau meningkat 326,77% dari periode setahun lalu yang menderita rugi bersih Rp 183 miliar. Pendapatan operasional setelah provisi naik secara fantastis menjadi Rp 612 miliar dari rugi bersih Rp 197 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Peningkatan kinerja tersebut ditopang oleh kredit yang tumbuh hingga 39% dari Rp 36,5 triliun menjadi Rp 50,8 triliun. Alhasil, BII bisa memperoleh pendapatan bunga bersih hingga Rp 2,55 triliun. Angka ini naik 16% dari Rp 2,19 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Kredit konsumer masih menjadi penopang yang terbesar dari total kredit BII dengan kontribusi sebesar 43%. Pertumbuhan kredit konsumer BII terutama didukung oleh pertumbuhan pada kredit otomotif sebesar 63,8%, Kredit Pemilikan Rumah (KPR) sebesar 31,6%, kredit Home Equity sebesar 23%, dan Kartu Kredit sebesar 18%.
Meskipun demikian, BII mengaku telah menurunkan net interest margin ke level 5,8% dari periode sebelumnya sebesar 6,06%. BII beralasan penurunan ini disebabkan oleh persaingan yang ketat pada industri perbankan.
Namun, BII mengaku telah meraup fee based income hingga Rp 1,52 triliun. Perolehan ini terutama bersumber dari peningkatan fee dari kartu kredit, trade finance, remittance, dan fee jasa lainnya.
Sementara itu, dana masyarakat atau dana pihak ketiga (DPK) BII tumbuh 26% menjadi Rp 55,4 triliun dari posisi setahun lalu yang hanya Rp 43,8 triliun. Sehingga, rasio kredit terhadap DPK BII pun tumbuh dari 82,37% menjadi 91,26%.
Ridha Wirakusumah, Presiden Direktur BII mengatakan kerja keras dan investasi pada infrastuktur dan tenaga profesional menjadi kunci utama peningkatan kinerja BII. "Kami telah memasuki fase pengembangan produk unggulan. Produk-produk kami untuk segmen tertentu seperti Woman One dan Superkidz, produk tabungan yang ditujukan khusus untuk wanita dan anak-anak telah mendukung pertumbuhan jumlah simpanan," katanya dalam siaran pers yang diterima KONTAN, Jumat (29/10).
Tak hanya itu, BII mengklaim telah mengelola kualitas aset. Total penyisihan kerugian berkurang sebesar 40% menjadi Rp 854 miliar dari dari Rp1,4 triliun. "Penurunan provisi ini terutama disebabkan oleh peningkatan kualitas aset BII yang terlihat dari kemampuan Bank dalam mengelola NPL bersih pada level di bawah 2%," imbuh Ridha.
Saat ini, rasio permodalan atau capital adequacy ratio (CAR) anak usaha bank asal Malaysia, Maybank, ini sebesar 13,16%. "Ke depan kami akan melanjutkan pertumbuhan secara agresif untuk mencapai aspirasi kami menjadi bank terbaik pada segmen pasar yang dilayani. Kami berencana untuk memperluas jaringan cabang dengan membuka lebih dari 200 cabang baru dalam tiga tahun mendatang", tutur Ridha.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News