kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Akibat wabah corona, bisnis fintech di sektor produktif mulai terganggu


Minggu, 08 Maret 2020 / 15:32 WIB
Akibat wabah corona, bisnis fintech di sektor produktif mulai terganggu
ILUSTRASI. Bisnis fintech di sektor produktif mulai terganggu mulai terganggu wabah corona.


Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Selain perbankan, wabah virus corona diperkirakan akan berdampak pada industri fintech peer to peer (P2P) lending di Indonesia. Khususnya fintech yang menyalurkan pembiayaan di sektor produktif.

Kepala Bidang Kelembagaan dan Humas Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) Tumbur Pardede membenarkan bahwa sektor produktif di daerah-daerah mulai terkena imbas dari virus corona. Penyebabnya sektor ini punya dampak terhadap perekonomian secara keseluruhan, misalnya saja di kawasan pariwisata.

Baca Juga: Selain perbankan, OJK masih pantau dampak virus corona di lembaga keuangan lain

“Kemungkinan teman-teman fintech yang bergerak di sektor produktif terkait pariwisata terjadi penurunan walaupun tidak signifikan. Artinya banyak bisnis kuliner dan pelaku usaha di situ,” kata Tumbur kepada Kontan.co.id, Jumat (6/3).

Selain menekan pembiayaan produktif, wabah virus corona ini membuat perusahaan fintech mengerem rencana ekspansi di awal tahun. Akibatnya, rencana untuk memperluas wilayah operasional dan sosialiasi di daerah-daerah diundur sementara.

Kemungkinan para pendana (lender) juga menahan diri dalam memberikan kredit di tengah ketidakstabilan ekonomi global. Alasannya, mereka melihat kondisi sektor usaha juga tertekan sehingga lender lebih berhati-hati untuk berinvestasi di fintech.

Mengantisipasi hal ini, asosiasi meminta anggotanya melakukan relaksasi kredit bagi peminjam yang telat membayar sesuai dengan imbauan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Menurut Tumbur, kemudahan-kemudahan bagi peminjam perlu dilakukan secara adil sesuai kondisi mereka.

“Karena kami bicara terkait manusia yang terkena dampak virus corona. Ini sama saja dengan kasus nasabah meninggal dunia pasti ada write off atau penghapusan kredit macet karena mereka sedang kena musibah jadi diberikan kemudahan,” tambahnya.

Baca Juga: Ada ancaman corona, Pefindo Biro Kredit ingatkan penguatan mitigasi risiko

Meski demikian, Tumbur memperkirakan kondisi ini tidak akan lama. Jika berkaca dari China, penyaluran fintech di sana mulai membaik seiring penurunan jumlah korban virus corona. Apalagi, penyebaran virus korona di Indonesia juga tidak separah dengan negara-negara lain.

“Jadi sampai sekarang kami belum melihat potensi penurunan kredit fintech. Kembali lagi melihat bagaimana antisipasi pemerintah untuk menghandel virus korona di Indonesia lebih dulu,” tambahnya.

Baca Juga: Perluas saluran pinjaman, Modalku sasar mitra UKM Shopee

PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) telah merasakan dampaknya. Co-Founder & CEO Modalku Reynold Wijaya mengatakan, sejumlah peminjam Modalku meminta reschedule atau penjadwalan ulang pembayaran kredit.

“Pasti dan memang terdampak. Jadi kami harus membantu mereka yang terdampak juga,” terangnya.

Peminjam yang melakukan reschedule dari beberapa daerah. Ia mengakui, bahwa dampak virus corona juga terjadi di luar industri perjalanan. Menghadapi hal tersebut, Modalku akan melakukan assement atau penelusuran terhadap industri yang terkena dampak korona.

Dengan begitu, Modalku ingin secara bersama-sama bisa melewati masa-masa sulit ini sebaik mungkin. “Sehingga tidak perlu khawatir secara berlebihan. Seharusnya hal ini bisa dikelola dengan baik,” kata Reynold.

Baca Juga: Sebanyak 30% lender Koinworks salurkan pendanaan melalui KoinRobo

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×