Reporter: Nadya Zahira | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Akselerasi Usaha Indonesia atau Akseleran optimistis dapat mencapai laba sebesar Rp 18 miliar di akhir tahun 2024.
Group CEO & Co-Founder Akseleran, Ivan Nikolas Tambunan mengatakan, untuk mencapai target tersebut, Akseleran telah menerapkan sejumlah strategi.
Ivan menyebutkan, strategi tersebut salah satunya yaitu dengan menurunkan Operational Expenditure (OPEX) atau biaya operasional hampir 40% dibandingkan tahun lalu dan menggenjot pertambahan pendapatan perusahaan.
Baca Juga: Fintech Akseleran Telah Penuhi Ketentuan Modal Minimum Sebesar Rp 7,5 Miliar
“Maka dari itu kami optimistis dapat mencapai target laba tersebut di akhir tahun, dengan cara menurunkan Opex dan menggenjot pendapatan,” kata Ivan kepada Kontan.co.id, Rabu (21/8).
Selain itu, dia mengatakan bahwa Akseleran terus mendapatkan laba setiap bulannya sejak Januari - Juli tahun ini. Namun, Ivan belum bisa membeberkan capaiannya sekarang.
“Tapi untuk laba hingga per Juli 2024 ini masih undisclosed. Tapi target laba di akhir tahun sekitar Rp 18 miliar,” kata Ivan.
Di sisi lain, menurut dia, saat ini secara umum fintech lending telah berhasil membalikkan keadaan dari merugi sejak awal awal tahun menjadi untung per April 2024. Pada Januari 2024 kerugian mencapai 135,57 miliar, Februari merugi Rp 97,53 miliar, pada Maret nilainya turun menjadi Rp 27,30 miliar dan pada April akhirnya membalikkan keadaan.
Lebih lanjut, Ivan menyebutkan per Juli 2024, penyaluran pinjaman Akseleran naik 5% menjadi Rp 1,72 triliun.
Baca Juga: Akseleran Catat Pembiayaan Produktif Rp 1,47 Triliun hingga Akhir Juni 2024
Tahun ini, Akseleran menargetkan penyaluran pinjaman bisa mencapai Rp 3,4 triliun. Target ini naik 20% dibandingkan dari tahun lalu yaitu senilai Rp 2,85 triliun.
Sementara pinjaman melaju, ia mengungkapkan bahwa Akseleran tetap menjaga kualitas pinjaman. Hal ini tercermin dari rasio TWP90 yang masih terjaga di level 0,21%.
“Kami berharap Bank Indonesia (BI) rate tidak naik lagi sehingga demand financing bisa lebih kuat dan kami bisa memiliki lebih banyak dealflow," tuturnya.
Adapun sektor yang akan menjadi fokus selama semester II-2024 adalah sektor komoditas energi, infrastruktur atau konstruksi, namun sektor lainnya akan tetap didorong.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News