Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Proses akuisisi 100% saham PT Bank Commonwealth dari bank induknya PT Bank Commonwealth of Australia oleh PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) sudah semakin terang. Akuisisi ditargetkan bakal rampung pada 1 Mei 2024.
Dengan bergabunganya kedua bank tersebut, potensi pergeseran peta aset bank terbesar di Indonesia. Pasalnya akuisisi ini akan berdampak pada peningkatan aset OCBC NISP, yang juga membuka peluang besar untuk membuat posisi bank ini naik level di antara jajaran 10 bank dengan aset terbesar di Indonesia.
Berdasarkan laporan keuangan OCBC NISP per November 2023, total aset bank ini telah mencapai Rp 253,25 triliun. Sementara itu pada periode yang sama, total aset Commonwealth Indonesia sebesar Rp16,48 triliun.
Baca Juga: OJK Buka Suara Soal Langkah OCBC NISP Mengakuisisi Bank Commonwealth
Jika jumlah aset kedua bank digabung, maka total aset OCBC NISP mencapai Rp 269,72 triliun. Nilai aset tersebut akan semakin memperkuat posisi OCBC NISP di jajaran 10 bank dengan aset terbesar.
Baca Juga: Kejar Target Akuisisi, OCBC NISP Bakal Geser Posisi 10 Bank Aset Terbesar
Per November 2023 saja, OCBC NISP telah naik level dan menggeser posisi Bank Permata yang memiliki aset sebesar Rp 244 triliun per November 2023. Bisa dipastikan setelah akuisisi rampung, tentunya aset OCBC NISP bakal terus naik.
Jika dilihat dari kategori bank swasta dengan aset terbesar, OCBC NISP berada di posisi tiga besar, setelah Bank Central Asia (BCA) dan Bank CIMB Niaga. Adapun total aset CIMB Niaga per November tercatat sebesar Rp 323,5 triliun, yang mana jumlah aset tersebut tidak terpaut terlalu jauh dari total aset milik OCBC NISP.
Artinya bukan tidak mungkin OCBC NISP bakal menggeser posisi CIMB Niaga ke depannya. Tergantung bagaimana upaya bank-bank ini mengenjot kinerja bisnisnya tahun ini.
Ekonom dan Guru Besar Universitas Indonesia Budi Frensidy mengatakan, dengan akuisisi yang dilakukan OCBC NISP tentu akan makin membuat peta persaingan bank swasta makin menarik. Namun tentunya masih jauh untuk menyaingin jajaran bank KBMI 4 yang asetnya sudah jumbo.
Baca Juga: Akuisisi Bank Commonwealth oleh OCBC NISP Ditargetkan Rampung Pada 1 Mei 2024
Tidak akan banyak berubah, masih bank KBMI 4 yang memiliki aset terbesar di industri perbankan, yang lainnya masih di bawah mereka," kata Budi kepada Kontan, Rabu (24/1).
Di sisi lain, pertumbuhan aset bank tentunya sejalan dengan peningkatan kinerja kredit dan juga pertumbuhan himpunan dana pihak ketiga (DPK) yang berjalan beriringan.
Presiden Direktur CIMB Niaga Lani Darmawan mengatakan, pihaknya tetap optimistis dan terus berupaya menjaga pertumbuhan kredit sejalan dengan pertumbuhan DPK.
Menyusul laporan keuangan kuartal IV 2023 pihaknya menargetkan pertumbuhan DPK dengan mendorong himpunan dana murah (CASA) yang diharapkan dapat tumbuh dikisaran 10% YoY.
"Laporan sedang difinalisasi, pastinya semua tumbuh, kredit tahun lalu kami targetkan tumbuh 9%," kata Lani kepada Kontan, Rabu (24/1).
Baca Juga: Kantongi Izin OJK, OCBC NISP Targetkan Akuisisi Commonwealth Rampung Mei 2024
Bank Tabungan Negara (BTN) juga pada tahun lalu terus berupaya meningkatkan asetnya, seiring dengan rencana bank ini untuk melepas Unit Usaha Syariah-nya (UUS).
"Sejalan dengan adanya stimulus pemerintah di sektor perumaha dan minat masyarakat yang tinggi ke pembiayaan syariah, saya optimistis aset BTN Syariah bakal tembus di atas Rp50 triliun pada akhir 2023,” kata Nixon Napitupulu, Direktur Utama Bank BTN.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News