CLOSE [X]
kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.466.000   -11.000   -0,74%
  • USD/IDR 15.860   -72,00   -0,46%
  • IDX 7.215   -94,11   -1,29%
  • KOMPAS100 1.103   -14,64   -1,31%
  • LQ45 876   -10,76   -1,21%
  • ISSI 218   -3,03   -1,37%
  • IDX30 448   -5,87   -1,29%
  • IDXHIDIV20 540   -6,91   -1,26%
  • IDX80 126   -1,77   -1,38%
  • IDXV30 135   -1,94   -1,41%
  • IDXQ30 149   -1,85   -1,22%

Aksi korporasi bank kian ramai menjelang akhir tahun, ada apa?


Sabtu, 07 November 2020 / 09:20 WIB
Aksi korporasi bank kian ramai menjelang akhir tahun, ada apa?


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun 2020 merupakan musim konsolidasi dan penambahan modal di industri perbankan. Tengok saja, ada enam bank yang melakukan penambahan modal lewat rights issue, privat placement dan penawaran umum perdana (Initial Public Offering/IPO) tahun ini. Ada dua akuisisi yang sudah rampung dan dua lagi tengah dalam proses. 

Kabar teranyar datang dari PT Bank Nationalnobu Tbk (NOBU). Perusahaan ritel fashion Grup Lippo, PT Matahari Department Store Tbk (LPPF) akan membeli 728 juta saham bank ini atau setara 16,4% dari nilai modal disetor NOBU. Nilai transaksi mencapai Rp 549,64 miliar.

Akuisisi akan dilakukan dalam tiga tahap. Pertama, pada 4 November 2020 dengan membeli 265 juta saham senilai Rp755 per lembar senilai Rp 302 miliar. Kedua, akan membeli 199 juta saham pada 11 November dengan nominal Rp196,3 miliar. Ketiga, akan membeli 198,3 juta saham senilai Rp 51,34 miliar pada 28 Desember 2020.

Baca Juga: Begini cara SVP Bank Mandiri mencegah penyebaran Covid-19 di dalam rumah

Manajemen LPPF menjelaskan pembelian saham tersebut dilakukan karena saat ini terdapat tren berkelanjutan menuju ekosistem konsumen. Konsumen lebih suka memiliki pengalaman berbelanja satu pintu di lingkungan omnichannel. "Didorong oleh digital, kebutuhan bank dan pengecer besar saling mendukung. Konvergensi kebutuhan mengarah pada tren yang lebih besar menuju aliansi dan kemitraan. Ritel fisik perlu lebih digital." tulis manajemen LPPF dalam keterbukaan informasinya, Kamis (5/11).

Sebelumnya, PT Bank Harda International Tbk juga mengumumkan akan diambilalih oleh PT Mega Corpora, milik pengusaha Chairul Tanjung (CT). Mega Corpora akan mengakuisisi

3,06 miliar saham atau 73,71% dari modal ditempatkan dan disetor penuh di Bank Harda milik PT Hakimputra Perkasa. Akuisisi itu ditujukan untuk menambah permodalan Bank Harda agar bisa memenuhi ketentuan regulator jadi Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) II akhir tahun ini. Modal inti bank ini per Juni 2020 baru mencapai Rp 272,03 miliar. 

Aksi akuisisi yang sudah rampung adalah pengambilalihan PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Bangkok Bank pada 20 Mei lalu. Setelah resmi mencaplok 89,12% saham BNLI milik PT Astra International Tbk (Astra) dan Standard Chartered Bank (SCB), Bangkok Bank akan menggabungkan kantor cabangnya di Indonesia ke Bank Permata.  Penggabungan itu ditargetkan selesai pada Desember 2020. 

Baca Juga: Penjelasan Dirut Maybank (BNII) terkait hilangnya dana nasabah Rp 22,87 miliar

BCA juga telah merampungkan akuisisi Bank Interim atau yang semula bernama Rabobank pada 25 September. BCA akan menggabungkan Bank Interim dengan BCA Syariah yang ditargetkan selesai pada Desember mendatang. 

Sementara penambahan modal rata-rata dilakukan oleh kelompok Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) I. Pasalnya, bank di kelompok ini memiliki tenggak waktu hingga akhir tahun ini untuk memenuhi ketentuan modal inti bank umum minimum Rp 1 triliun. 



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×