kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,79   -17,94   -1.94%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Aksi korporasi bank kian ramai menjelang akhir tahun, ada apa?


Sabtu, 07 November 2020 / 09:20 WIB
Aksi korporasi bank kian ramai menjelang akhir tahun, ada apa?


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

PT Bank Bisnis Indonesia Tbk melakukan penambahan modal pada awal September 2020 lewat IPO. Namun, perseroan hanya mengantongi Rp 189,49 miliar dari aksi korporasi itu. 

Sedangkan per Juni 2020, modal intinya baru Rp 508,53 miliar. Artinya, perusahaan masih membutuhkan tambahan modal sekitar Rp 300 miliaran guna memenuhi aturan OJK tersebut.

Untuk memenuhi ketentuan, Bank Bisnis akan melakukan rights issue akhir tahun ini dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 438,63 juta saham baru. "Rights issue ini targetnya hanya untuk memenuhi modal inti Rp 1 triliun dulu sesuai POJK no 12/2020," kata Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis Paulus Wijaya pada KONTAN, Jumat (6/11).

Baca Juga: CROWDE bersama BJB Salurkan KUR bagi petani di Jawa Barat

Sementara empat bank BUKU I lain yang melakukan penambahan modal sudah berhasil naik kelas ke BUKU II. Mereka adalah Bank Jago, Bank Neo Commerce, Bank Kesejahteraan Ekonomi(BKE), dan Bank Royal.  Di luar bank BUKU I, terdampak bank Bukopin yang juga telah melakukan penambahan modal tahun ini lewat rights issue

Saat ini masih ada sejumlah bank cilik yang harus berjuang untuk memenuhi ketentuan modal inti yang sudah mendekati deadline. Bank Harda harus menambah modal inti minimal Rp 728 miliar, Prima Master Bank memiliki modal inti Rp 286,09 miliar  per Juni dan membutuhkan tambahan modal paling sedikit Rp 713 miliar. 

Bank Fama Internasional baru memiliki modal inti Rp 269,39 miliar per Maret 2020. Selanjutnya, ada BPD Bengkulu punya modal inti Rp 822,47 miliar per Juni 2020 dan BPD Banten hanya memiliki modal inti Rp 113,5 miliar per Maret 2020.

Bank Banten bakal melaksanakan rights issue untuk meningkatkan modal. Direktur Utama Bank Banten Fahmi Bagus Mahesa menjelaskan,  berkaitan dengan Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Banten Nomor 1 Tahun 2020. Dalam Perda itu, Pemprov Banten selaku pemegang saham perseroan melalui PT Banten Global Developtment (BGD) bakal memperkuat modal Bank Banten dengan nilai mencapai Rp 1,55 triliun.

Baca Juga: Dorong CASA, BNI Syariah sebut kinerja kuartal III tumbuh positif

Fahmi bilang, pihaknya menargetkan dana Rp 3,04 triliun dari aksi korporasi itu. Bank ini akan melakukan pemenuhan aturan modala inti secara bertahap dimana tahun ini akan mengejar minimum Rp 1 triliun, kemudian Rp 2 triliun di akhir 2021 hingga mencapai Rp 3 triliun pada 31 Desember 2022. 

Rencana aksi korporasi Bank Banten ini juga telah mendapat persetujuan para pemegang saham lewat Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang digelar pada 2 Oktober 2020. 

Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, tahun ini banyak terjadi konsolidasi dan penambahan modal pada perbankan karena bank kecil memang sedang kesulitan permodalan. Apalagi di tengah pandemi ini, lanjutnya, dana pihak ketiga (DPK) di bank cilik banyak berpindah ke bak-bank besar. "Oleh karena itu, permodalan mereka harus diperkuat," kata Suria. 

Selain itu, lanjutnya, ketentuan modal inti bank juga sudah dinaikkan. Bank harus melakukan penambahan modal secara berkala sehingga jadi Rp 3 triliun pada 2022. Oleh karena itu, ia menilai bagus jika memang ada investor yang mau membeli bank-bank kecil  tersebut.

Selanjutnya: Meski Pandemi, Kinerja Bank Mayapada Membaik di Kuartal III 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×