kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alhamdulillah, usai 28 tahun akhirnya pangsa pasar perbankan syariah tembus 6%


Rabu, 11 Desember 2019 / 17:21 WIB
Alhamdulillah, usai 28 tahun akhirnya pangsa pasar perbankan syariah tembus 6%
ILUSTRASI. Group Head Consumer Financing Mandiri Syariah Praka Mulia Agung (tengah) menjelaskan produk kepemilikan mobil dengan skema syariah (Kendaraan Berkah) ke pengunjung di acara Autofiesta BSD Tangerang, Kamis (25/7). OJK mencatat pangsa bank syariah menembus


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ekspansi perbankan syariah mulai membuahkan hasil. Hal ini terbukti dari pangsa bank syariah terhadap industri perbankan yang sudah menembus 6,01% per Oktober 2019 menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atau mencapai Rp 513 triliun. Bila dirinci, pencapaian tersebut merupakan yang tertinggi sepanjang sejarah dan meningkat dari awal tahun 2019 hingga September 2019 yang sebesar 5,94%.

Hal ini tak lain dari meningkatnya pertumbuhan aset perbankan syariah yakni Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS) sebesar 10,15% per Oktober 2019 secara year on year (yoy) menjadi Rp 499,98 triliun.

Baca Juga: Outlook Bank Dunia tahun 2020: Konsumsi lebih lambat

Realisasi kenaikan aset bank syariah juga didorong dari pertumbuhan pembiayaan sebesar 10,52% yoy menjadi Rp 345,28 triliun dan dana pihak ketiga (DPK) yang naik menjadi Rp 402,36 triliun.

Direktur Penelitian dan Pengembangan Pengaturan dan Perizinan Perbankan Syariah OJK, Deden Firman Hendarsyah mengatakan saat ini tercatat ada sebanyak 14 BUS di Tanah Air, diikuti 20 UUS dan 165 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS). Nah, dari jumlah tersebut, sebanyak 65% pangsa pasar bank syariah dikuasai oleh BUS dan 32,36% merupakan UUS dan sisanya adalah BPRS.

OJK berharap, pertumbuhan pangsa pasar bank syariah dapat terus meningkat, sejalan dengan rencana jangka panjang OJK sebesar 20%. Beberapa upaya dari OJK sudah dilakukan, terbaru misalnya melalui dikeluarkannya POJK Nomor 28 tahun 2019 tentang Sinergi Perbankan Dalam Satu Kepemilikan untuk Pengembangan Perbankan Syariah.

Selain itu, sepanjang tahun 2019 ini, regulator perbankan tersebut telah menerbitkan 15 POJK yang terkait pengembangan bank syariah. "Diharapkan market share masih akan tumbuh. Masih kami lihat perkembangan berikutnya," kata Deden, Senin (9/12) lalu.

Baca Juga: Nur Hasan terpilih jadi Ketua Umum Asosiasi DPLK periode 2019-2023

Sementara itu, bank syariah terbesar di Tanah Air yakni PT Bank Syariah Mandiri juga meyakini pangsa pasar tersebut dapat meningkat. Hal ini menurut Direktur Risk Management and Compliance Mandiri Syariah Putu Rahwidhiyasa sejauh ini kinerja bank syariah juga terbukti membaik.

Mandiri Syariah misalnya yang sampai dengan Oktober 2019 mencatatkan kenaikan aset sebesar 11,61% yoy menjadi Rp 104,58 triliun. Menurut Putu, peningkatan aset terutama didorong oleh pertumbuhan DPK perseroan. "DPK tumbuh konsisten di kisaran angka 13% yoy per November 2019," katanya kepada Kontan.co.id, Rabu (11/12).

Realisasi tersebut tak terlepas dari peningkatan layanan perbankan perseroan, seperti pengembangan teknologi mobile banking. Saat ini terdapat lebih dari 72 fitur di Mandiri Syariah Mobile yang dapat memudahkan nasabah dalam bertransaksi, berbagi dan beribadah seperti tarik tunai tanpa kartu ATM, registrasi Mandiri Syariah Mobile di ATM, berbagai top up, paket data telepon, transaksi dengan berbagai market place, informasi portofolio rekening dana dan fitur lain.

"Sesuai visinya menjadi bank syariah terdepan dan modern, baru-baru ini Mandiri Syariah meluncurkan fitur terbaru di Mandiri Syariah Mobile yaitu pembukaan rekening online," sambungnya. Ke depan, lewat peningkatan layanan tersebut anak usaha Bank Mandiri ini optimis aset dapat terus meningkat.

Senada, PT Bank BNI Syariah juga terus mencatatkan pertumbuhan aset positif. Direktur BNI Syariah Dhias Widhiyati menjelaskan sampai dengan bulan Oktober 2019 aset perseroan sudah mencapai Rp 43,9 triliun, tumbuh sekitar 11% yoy. Kinerja tersebut juga berdampak pada kenaikan laba perseroan yang tumbuh 46% yoy menjadi Rp 504 miliar di bulan Oktober 2019.

Baca Juga: Siapkan tenaga profesional di industri fintech, BRI Institute gandeng Investasikita

"Secara umum industri perbankan syariah tumbuh 11% yoy, lebih tinggi dari perbankan nasional yang tumbuh sekitar 8%," terang Dhias. Namun, perjalanan pengembangan bank syariah masih panjang. Apalagi masih adanya sejumlah tantangan yang mau tak mau harus dihadapi.

Pertama, perlambatan ekonomi sebagai imbas dari perang dagang antara AS dengan China yang berdampak terhadap ekspor-impor Indonesia. Kedua, perkembangan dunia digital yang semakin masif dan menjadi tuntutan nasabah. Ketiga, masih rendahnya tingkat literasi (8%) dan inklusi (11%) terhadap perbankan Syariah.

Meski begitu, BNI Syariah memandang pengembangan bank syariah semakin terang. Apalagi dalam tiga tahun terakhir, pemerintah sendiri dalam hal ini telah menunjukkan komitmen dengan membentuk Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) yang langsung di ketuai oleh Presiden RI.

Baca Juga: Bank Dunia catat kerugian Indonesia akibat kebakaran hutan mencapai Rp 72,95 triliun

Di lain pihak dengan terpilihnya Ma'ruf Amin sebagai Wakil Presiden RI selama 5 tahun ke depan akan menjadi angin segar bagi industri ini, terlebih karena pengalaman dan kapabilitas beliau pada industri perbankan Syariah.

Melihat peluang dan tantangan yang akan dihadapi, BNI Syariah memproyeksikan untuk tumbuh secara moderat di sekitar 15% di tahun 2020. "Kami akan memfokuskan diri untuk tumbuh dengan menggarap potensi ekosistem halal di Indonesia," pungkas Dhias.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×