Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) tengah menyiapkan rencana aksi korporasi. Oleh karena itu, bank pelat merah ini belum merilis kinerja kuartal III-2023. Laporan tersebut masih dalam proses audit oleh akuntan publik.
"BTN berencana menyampaian laporan keuangan posisi September 2023 yang telah ditelaah secara terbatas oleh akuntan publik. Ini dimaksu terkait dengan rencana perseroan yang akan melakukan aksi korporasi pada 2023-2024," tulis Nixon LP Napitupulu, Direktur utama BTN dalam keterbukaan informasi dikutip Selasa (7/11).
Di tengah rencana aksi korporasi tersebut, para analis kompak merekomedasikan beli saham BBTN. Laba bank spesialis KPR ini tahun 2023 masih akan mencapai target yakni Rp 3,2 triliun.
Yap Swie Cu, Analis Yuanta Sekuritas Indonesia menyakini kinerja Bank BTN masih akan on track didorong oleh strategi penyaluran kredit yang fokus pada segmen dengan high-yield. “Kami menjaga rekomendasi beli untuk Bank BTN,” tulis Yap dalam risetnya yang dikutip Selasa (7/11).
Senada, Edward Lowis, Head of Research Sucor Sekuritas memproyeksikan BBTN masih akan mencatatkan laba bersih di level Rp3 triliun pada akhir 2023. Menurutnya, salah satu penopang proyeksi adalah peningkatan kredit yang masih akan berlanjut di tahun ini dan diperkirakan mencapai 10%.
Baca Juga: BRI Targetkan LAR Turun di Kisaran 9% hingga 10% pada Tahun Depan
Berdasarkan data Bloomberg per Senin (6/11), konsensus analis memproyeksikan laba bersih BBTN dapat mencapai Rp3,2 triliun ditopang Net Interest Margin (NIM) yang mencapai 4,0%. Return on Equity (ROE) BBTN diperkirakan menyentuh angka 11,7% pada akhir 2023.
Dengan proyeksi tersebut, sebanyak 21 analis juga merekomendasikan beli untuk BBTN dengan rata-rata target price pada 12 bulan ke depan senilai Rp 1.730 per lembang. Saat ini, saham BBTN diperdagangkan pada 0,5X PBV untuk tahun 2023/24F.”
Sebelumnya, manajemen Bank BTN menyakini bisa mencapai pertumbuhan kredit di level double digit. Adanya insentif Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) menjadi penyumbang kinerja positif perseroan.
Baca Juga: Perbankan Siapkan Antisipasi Hadapi Kondisi Global yang Kian Tak Pasti
Direktur Finance Bank BTN Nofry Rony Poetra menjelaskan lebih dari 90% portofolio KPR BTN masih didominasi oleh rumah dengan harga di bawah Rp 2 miliar, termasuk di dalamnya yakni segmen rumah murah.
Selain fokus menyalurkan KPR Subsidi, Bank BTN juga intens menyasar KPR Non-Subsidi yang membidik segmen emerging affluent. Strategi tersebut dieksekusi dengan membuka 3 Sales Center di BSD, Kelapa Gading, dan Surabaya.
Lalu, ada juga insentif pemberian Bantuan Biaya Administrasi (BBA) sebesar Rp 4 juta bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) saat membeli rumah subsidi. Pemerintah juga menaikkan batas harga rumah yang bisa dibeli MBR dan memperoleh pembebasan PPN menjadi Rp 350 juta, baik rumah tapak maupun rumah susun.
Menurut Nofry, hal ini akan menguntungkan Bank BTN, "Bank BTN merupakan kontributor utama dalam pembiayaan perumahan, khususnya KPR Subsidi dengan market share yang mencapai 83% untuk penyaluran KPR Subsidi". Dengan adanya insentif BBA ini akan meningkatkan potensi realisasi KPR Subsidi lebih banyak lagi kedepannya.
“Hingga Agustus 2023, kami mencatatkan portfolio KPR baik Subsidi maupun Non-Subsidi tumbuh double digit di atas 10%. Dengan ada insentif tersebut, kami optimistis tren pertumbuhan KPR masih berlanjut hingga akhir 2024,” ujar Nofry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News