kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   4.000   0,28%
  • USD/IDR 15.405   0,00   0,00%
  • IDX 7.812   13,98   0,18%
  • KOMPAS100 1.184   -0,59   -0,05%
  • LQ45 959   0,88   0,09%
  • ISSI 227   0,13   0,06%
  • IDX30 489   0,88   0,18%
  • IDXHIDIV20 590   1,24   0,21%
  • IDX80 134   -0,05   -0,04%
  • IDXV30 139   -1,25   -0,90%
  • IDXQ30 163   0,24   0,15%

Ancaman Siber Meningkat, Industri Keuangan Harus Perkuat Upaya Mitigasi


Rabu, 15 November 2023 / 12:58 WIB
Ancaman Siber Meningkat, Industri Keuangan Harus Perkuat Upaya Mitigasi
ILUSTRASI. Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyampaikan paparan?keamanan siber dalam?The Finance Executive Forum, Selasa (14/11/2023)


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Dina Hutauruk

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Ancaman kejahatan siber yang mengintai sektor perbankan semakin seiring perkembangan pesat teknologi digital. Oleh karena, semua pelaku industru harus melakukan antisipasi dengan penguatan pengaman sistem dari sisi orang, proses bisnis dan juga teknologi.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) mencatat serangan siber sepanjang 2021 mencapai 1,6 miliar. BSSN memprediksi serangan siber tahun 2023 akan lebih tinggi, diantaranya lewat skema ransomware, data breach, serangan advance persistent threat, dan phishing.

Di Indonesia, industri keuangan dan perbankan menjadi industri yang paling banyak terkena serangan ransomware. Bahkan, serangan siber sempat membuat bank syariah terbesar tidak bisa beroperasi selama beberapa hari.

Serangan ransomware membuat sektor keuangan ketar-ketir sepanjang tahun ini. BSSN mencatat, dari 160 juta anomali malware, sebanyak 966.533 terindikasi ransomware. “Dari 160 juta anomali ramsomware, hampir satu juta terindikasi ramsomware malware,” ujar Edit Prima, Direktur Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan dan Pariwisata, Deputi IV BSSN dalam keterangannya, Selasa (14/11).

Baca Juga: Kejahatan Siber Dinilai Akan Semakin Masif dan Menimbulkan Kerugian Lebih Banyak

Edit mengungkapkan, serangan siber yang terkait dengan ransomware berasal dari berbagai malware yang masuk dalam jajaran top 10 ransomware antara lain, Luna Moth, WannaCry, Locky, LockBit, Darkside, Ryuk, Troldesh, Grandcrab, STOP, Aaurora. Berdasarkan data SmallBiz Trends (2023) menyebut, 1 dari 4 perusahaan terdampak ransomware bangkrut dan 2 dari 4 perusahaan kehilangan reputasi 

Hal itu disampaikan  dalam The Finance Executive Forum bertajuk “The Future of Digitalization and Cyber Crime Mitigation Towards 2045”. Ia mengatakanan, security awareness untuk seluruh organisasi terkait penggunaan teknologi informasi harus ditingkatkan. Misalnya, mewaspadai email sebagaipintu masuk sarana penyebaran ransomware, terutama email dengan attachment executable.

Dari sisi proses bisnis, kata dia, tata kelola keamanan siber level organisasi harus ditingkat dan juga memastikan pembaruan update perangkat antivirus dan update perimeter security lainnya. Lalu dari sisi teknologi harus ditingkatkan kemampuan web filtering. 

Untuk mengantisipasi peningkatan kasus pada industri keuangan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah menerbitkan Nomor 29/SEOJK.03/2022 tentang ketahanan dan keamanan siber bank umum. Aturan tersebut mencakup penilaian dan manajemen risiko, perlindungan data, perencanaan respon atas insiden, dan kapasitas karyawan termasuk penunjukkan divisi khusus keamanan siber.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menjelaskan, ada sejumlah tantangan yang dihadapi perbankan sebagai akibat dari transformasi digital yang dilakukan. Pertama, ada risiko kebocoran data nasabah. 

Baca Juga: Ada Indikasi Transaksi Judi Online Lewat Dompet Digital, Ini Kata Perusahaan E-Wallet

"Hal itu menjadi penting karena Undang-Undang Perlindungan Data Pribadi (UU PDP) sangat kuat dan sanksinya sangat berat. Sehingga, ini akan menjadi salah satu tantangan besar ketika industri melakukan loncatan digital," kata Dian.

Kemudian, tantangan karena risiko strategis, termasuk investasi IT yang tidak sejalan dengan strategi bisnis, tantangan ketidakcukupan sumber daya manusia (SDM) di bidang digital, rendahnya literasi keuangan digital, infrastruktur jaringan komunikasi tidak memadai, risiko inheren dari implementasi TI, serta meningkatnya jumlah kejahatan dan penipuan yang dimungkinkan oleh dunia maya.

Sementara itu, Direktur PricewaterhouseCoopers (PwC) Budi Santoso menyebutkan, ada empat kemajuan teknologi digital yang diharapkan terjadi pada tahun 2045, diantaranya adalah adanya Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Blockchain, hingga Quantum Computing.

Ia bilang, teknologi IoT akan berkembang lebih pesat dan cepat, hingga munculnya Ibukota baru yang akan berbasis kota pintar atau smartcity. “Blockchain ini dipakai di banyak area, bedanya sistem blockchain dengan sistem yang kita pakai sekarang, semuanya serba terintegrasi dan terkoneksi, jadi pengelabuhan, penyembunyian informasi akan sangat susah dilakukan semua akan terkonfirmasi dengan distributor legalnya,” terangnya.

Industri jasa keuangan yang mampu mengantisipasi serangan siber, patut diapresiasi karena telah berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Untuk itu, The Finance memberikan penghargaan kepada 75 lembaga keuangan (financial institution) berkinerja terbaik pada ajang “Top 20 Financial Institution Awards 2023”.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management Principles (SCMP) Mastering Management and Strategic Leadership (MiniMBA 2024)

[X]
×