Reporter: Nur Hidayat | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Asuransi Ekspor Indonesia (ASEI) ingin melebarkan sayap bisnisnya ke luar negeri. Setelah 23 tahun berkutat di pasar lokal, saat ini ASEI tengah mengincar kongsi dengan lima bank asing di pasar regional untuk menjamin pembiayaan kredit ekspor mereka.
Perusahaan asuransi plat merah ini menargetkan semua kerjasama dengan lima bank ini bisa terealisasi pada tahun ini juga. Dengan begitu semua pembiayaan ekspor lima bank itu mulai tahun depan sudah bisa ikut penjaminan ASEI. Ini berarti penerimaan premi ASEI juga bakal naik mulai tahun depan.
Tapi dengan alasan masih dalam tahap pembicaraan, Direktur Utama ASEI, Zaafril Razief Amir Kamis (18/9) masih enggan membocorkan nama-nama bank yang akan mereka gandeng untuk berkongsi. "Yang jelas mereka beroperasi di pasar regional, bukan bank lokal," katanya.
Dia juga memastikan mereka bukanlah bank asing yang beroperasi di Indonesia. Sebab kerjasama dengan bank asing yang beroperasi di Indonesia bukanlah hal baru bagi ASEI.
Misalnya pada, Agustus 2008 lalu, ASEI sudah menggandeng Bank Commonwealth, untuk bekerjasama menawarkan produk Asuransi Pembiayaan Tagihan Ekspor di Jakarta. "Kami ingin mengubah sasaran kami tidak hanya pasar lokal, tapi juga regional," tegas Zaarif di ruang kerjanya, Kamis (18/9).
Zaarif enggan membocorkan nama lima bank itu karena, "Kami baru sebatas setuju menjalin kerjasama saja," katanya.
Tapi, Zaarif optimistis dalam tiga bulan mendatang, bisa merealisasikan kongsi dengan kelima bank asing itu. "Kami akan memulai penandatanganan kerjasama pada Oktober hingga Desember 2008," ungkap Zaarif.
Produk yang akan jadi andalan dalam kerjasama ini adalah Asuransi Ekspor. Biasanya bank memberikan kredit ekspor kepada para pengusaha yang punya dagangan ekspor, untuk modal kerja produksi mereka. Pengusaha akan membayar kepada bank begitu pembeli melunasi pembayaran. Nah, bila terjadi gagal bayar alias default, "Kami akan membayar tagihan para eksportir yang menjadi klien perbankan," katanya.
Soal berapa target premi yang akan mereka raup, Zaarif belum bisa mematikannya. Sebagai informasi, premi asuransi biasanya akan dihitung dengan mempertimbangkan besarnya risiko.
Jika risiko ekspor maupun debiturnya tergolong tinggi, biasanya pengenaan premi akan lebih tinggi ketimbang rata-rata harga premi di pasaran. Tapi untuk debitur bagus dan barangnya tak berisiko premi murah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News