Reporter: Christine Novita Nababan, Tendi Mahadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Industri keuangan non bank (IKNB) harus lebih giat menggenjot kinerja. Sebab, dalam empat tahun terakhir, pertumbuhan aset IKNB kian menciut. Di 2011, pertumbuhan aset IKNB masih 20,19%. Tapi, di 2014, aset IKNB hanya naik 14,57% menjadi Rp 1.530 triliun.
Dumoly F. Pardede, Deputi Komisioner Pengawas IKNB Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai, perlambatan pertumbuhan aset tersebut wajar. Kondisi ekonomi domestik membuat pertumbuhan aset IKNB melambat. "Pertumbuhan ekonomi kita tak setinggi tiga tahun lalu," kata Dumoly, Rabu (25/3).
Kendati begitu, Dumoly masih yakin peluang untuk mencatatkan pertumbuhan aset yang lebih tinggi terbuka di tahun ini. Terlebih dengan sejumlah langkah regulator untuk mendorong industri.
Misalnya saja dengan adanya kebijakan tarif dan retensi di industri asuransi. Lalu, di dana pensiun, terdapat kebijakan perluasan instrumen investasi baru yang diharapkan memacu dana kelolaan.
Begitu pula di sektor industri pembiayaan yang mengalami tekanan paling berat masih bisa tumbuh karena perluasan ladang usaha. "Diharapkan minimal masih bisa steady positif pertumbuhannya," imbuh Dumoly.
Sumbangan asuransi
Hampir separuh dari seluruh total aset IKNB disumbang oleh industri asuransi. Tahun lalu, nilai aset asuransi tumbuh 19,1% secara year on year (yoy) menjadi Rp 777,8 triliun. "Salah satu faktornya dari premi yang masih tumbuh," ujar Julian Noor, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
Kenaikan aset asuransi juga dipicu oleh pertumbuhan investasi dan laba dari pelaku usaha. Aturan OJK yang mewajibkan pelaku asuransi memenuhi ketentuan permodalan mendorong peningkatan dana investasi.
Diantara IKNB lainnya, aset lembaga pembiayaan yang pertumbuhannya paling tipis. Pada 2014, aset lembaga pembiayaan hanya meningkat 5,61% menjadi Rp 443,73 triliun. Bandingkan dengan tahun sebelumnya yang lompatannya mencapai 17,99%.
"Tahun lalu kinerja pembiayaan banyak tertekan oleh konsumen yang menahan diri," ujar Roni Haslim, Wakil Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI).
Pasar pembiayaan melambat lantaran faktor pemilu dan ekonomi yang pelan sehingga banyak yang menunda permintaan kredit. Roni pesimistis industri multifinance bisa cepat bangkit.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News