kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 2.122.000   32.000   1,53%
  • USD/IDR 16.630   72,00   0,43%
  • IDX 8.051   42,68   0,53%
  • KOMPAS100 1.123   6,98   0,62%
  • LQ45 810   0,68   0,08%
  • ISSI 279   2,38   0,86%
  • IDX30 423   1,81   0,43%
  • IDXHIDIV20 485   2,83   0,59%
  • IDX80 123   0,38   0,31%
  • IDXV30 132   0,38   0,29%
  • IDXQ30 135   0,57   0,43%

Asippindo pilih fokus garap rating UMKM


Rabu, 18 November 2015 / 15:57 WIB
Asippindo pilih fokus garap rating UMKM


Reporter: Dupla Kartini | Editor: Havid Vebri

NUSA DUA. Pelaku industri penjaminan Indonesia akan fokus menggarap pemeringkatan alias rating bagi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).

Ketua Asosiasi Perusahaan Penjaminan Indonesia (Asippindo) Diding S Anwar mengatakan, pentingnya pemeringkatan bagi UMKM merupakan poin terpenting yang didapat dari hasil diskusi dengan pelaku industri penjaminan dari berbagai negara pada konferensi Asian Credit Supplementation Institution Confederation (ACSIC) ke-28 di Nusa Dua, Bali.

"Ini keputusan strategis bagi Indonesia, terlebih dengan jumlah pelaku UMKM yang mencapai 57 juta," ungkapnya saat penutupan Konferensi ACSIC, Rabu (18/110.

Kata Diding, anggota asosiasi dalam negeri banyak belajar dari pelaku penjaminan dari luar negeri. Salah satu negara yang sukses membuat pemeringkatan, yaitu Jepang.

Manajemen data UMKM di negara tersebut sangat akurat dan rinci, sehingga menjadi keunggulan sistem penjaminan di sana. "Dengan adanya rating tentu lebih membuka akses pembiayaan bagi pelaku usaha yang selama ini tidak bankable," imbuhnya.

Saat ini, sudah dirintis lembaga pemeringkatan UMKM di Indonesia. Asippindo melalui Perum Jaminan Kredit Indonesia (Jamkrindo) melaunching lembaga pemeringkatan pada 16 November 2015. Diding mengklaim, sebagai perintis yang mendapat penugasan, lembaga rating ini tidak memungut biaya pemeringkatan dari pelaku UMKM.

Namun, ke depan, katanya, dengan jumlah UMKM yang sangat banyak di dalam negeri, bisa muncul beberapa lembaga rating UMKM. "Nantinya, kalau lembaganya berbentuk perusahaan, swasta, pasti ada biaya yang harus dibayarkan UMKM. Tapi, komitmennya tetap sama, tidak membebani pelaku usaha," ujar Diding.

Ia tidak menampik adanya kendala dalam penerapan pembuatan rating dan pembiayaan bagi UMKM di Tanah Air. Diding bilang, umumnya kendala bersifat teknis. Misalnya, belum ada standar sertifikat penjaminan di pelaku industri penjaminan Indonesia. Berbeda dengan industri keuangan lain yang sudah punya standar yang sama. Ke depan, asosiasi dan regulator akan mencarikan solusinya.

Ketua Panitia Konferensi ACSIC ke-28, Nina Kurnia Dewi menambahkan, selain pemeringkatan, ada sejumlah masukan dan pelajaran yang didapat pelaku penjaminan di Indonesia dari delegasi luar negeri.

Misalnya, dari Jepang, mengenai training center atau pelatihan bagi UMKM yang sudah solid. Sedangkan dari Korea, Asippindo belajar pembentukan credit guarantee corporation (CGC) yang spesifik. Di sana terdapat tiga perusahaan penjaminan, yang masing-masing membidik segmen usaha tertentu, yaitu segmen usaha kecil, usaha besar dan usaha teknologi.

Asal tahu saja, rangkaian konferensi ACSIC yang digelar pada 16-19 November 2015 di Nusa Dua, dihadiri sejumlah perwakilan dari beberapa negara anggota. Hingga kini, sudah ada 12 negara yang bergabung dalam ACSIC. Tahun depan, perhelatan yang sama rencananya akan digelar di Thailand.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×