Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Adi Wikanto
JAKARTA. Asosiasi Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) mengusulkan opsi instrumen investasi di infrastruktur. Itu untuk sebagai alternatif pengembangan dana investasi. Sebab, sektor infrastruktur bakal berprospek cerah di tahun ini.
Sedang untuk bentuk portofolionya bisa bermacam-macam. Mereka bisa memilih di reksadana, saham, hingga kontrak investasi kolektif Efek Beragun Aset (EBA). Bahkan, pengurus DPLK bisa saja menempatkan dananya di penyertaan langsung yang berkaitan dengan sektor infrastruktur. "Ini agar lebih variatif saja," kata Ketua Asosiasi DPLK Nicky Theng, Kamis (10/2).
Hal ini karena, selama ini portofolio investasi DPLK hanya terfokus di satu tempat saja. Portofolio itu adalah di deposito sebanyak 74%, 20$ obligasi, reksadadana dan saham hanya sekitar 3%. "Kalau hanya investasi dengan cara itu, dana tidak akan berkembang cepat," jelas Nicky.
Pelaksana Tugas Pengurus DPLK Indolife Pensiontama Harry Poerwanto mendukung usulan asosiasi itu. Menurutnya, itu bakal memperluas pilihan pengembangan dana kelolaan. Selain itu, juga mendorong pertumbuhan perekonomian nasional. "Ini akan merangsang pembangunan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia," tambah Harry.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News