Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah dan pelaku usaha terus mendorong program asuransi pangan. Meski diakui periode awal bisnis ini, pelaku usaha kerap mengalami kerugian, misalnya saja dari rasio klaim yang begitu tinggi.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody AS Dalimunthe menilai sebagai kondisi yang wajar. Soalnya data statistik di lapangan pun masih terbilang minim. Sambil berjalan, ia menyebut perusahaan asuransi bisa memperbaiki proses bisnis dengan data yang didapat sehingga lambat laun rasio klaim yang ditanggung pun bisa mengecil.
Kekurangan data ini pula yang disebutnya membuat minat perusahaan asuransi umum untuk ikut masuk ke bisnis tersebut masih minim. Sehingga sejumlah pelaku usaha menilai bisnis ini masih berisiko. "Semua perusahaan anggota AAUI sebenarnya ditawarkan untuk ikut, namun beberapa masih ragu karena data yang masih minim," kata Dody baru-baru ini.
Sebagai catatan, program asuransi usaha budidaya udang baru dijalankan oleh delapan pemain. Sementara asuransi budidaya ikan nila, patin, dan bandeng dijalankan oleh 12 perusahaan. Lalu asuransi usaha tani padi (AUTP) dan asuransi usaha ternak sapi (AUTS) dijalankan PT Jasindo lewat penugasan khusus pemerintah.
Direktur Operasi Ritel Jasindo Sahata L. Tobing mengakui masih ada tantangan yang harus dihadapi dalam menjalankan bisnis ini. Antara lain persebaran petani dan peternak hingga ke pelosok. Selain itu pihaknya juga harus terus melakukan edukasi dan literasi bagi petani dan peternak karena belum terlalu akrab dengan produk asuransi.
Meski begitu, di tahun ini telah mengkaver 806.723 hektare lahan padi untuk program AUTP dari target sebesar satu juta lahan di tahun ini. Sementara untuk AUTS, pihaknya sudah memenuhi target sebanyak 120.000 sapi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News