kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Asuransi swasta mulai terimbas program BPJS


Senin, 22 Juni 2015 / 09:50 WIB
Asuransi swasta mulai terimbas program BPJS


Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kehadiran Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan mengancam kelangsungan bisnis asuransi swasta. Beberapa perusahaan asuransi mengeluhkan pertumbuhan premi tak sesuai harapan karena banyak nasabah korporasi menunggu kejelasan skema koordinasi manfaat dengan BPJS Kesehatan.

Salah satu perusahaan yang bisnisnya terganjal oleh BPJS Kesehatan adalah PT Asuransi Jiwa InHealth Indonesia atawa Mandiri InHealth. Sepanjang semester pertama 2015, Mandiri InHealth diprediksi cuma bisa memetik premi sebesar Rp 1,1 triliun.

"Mungkin pencapaian kami di paruh pertama baru 45%," ujar Direktur Utama Mandiri InHealth Iwan Pasila, akhir pekan lalu. Sampai akhir 2015, Mandiri InHealth mengincar premi Rp 2,6 triliun.

Iwan beralasan, belum tercapainya target premi karena kalangan korporasi masih memilih wait and see implementasi program dari BPJS Kesehatan. Meski sama-sama mengandalkan produk managed care, skema coordination of benefit (CoB) yang masih mencari bentuk ternyata berdampak besar bagi keputusan nasabah mereka dalam berasuransi.

Perlambatan perolehan premi anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk ini sudah terlihat sejak tiga bulan pertama tahun ini.

Lihat saja, pendapatan preminya di triwulan pertama tahun ini melorot 10,8% menjadi Rp 351,3 miliar. Padahal, di periode yang sama tahun lalu, jumlah premi yang dikantongi oleh Mandiri InHealth mencapai Rp 394,2 miliar

Mandiri InHealth mengandalkan produk asuransi di segmen kumpulan sebagai mesin penghasil premi. Makanya, mereka sulit menggaet nasabah baru ataupun nasabah mereka yang akan memperbarui polis asuransi.

Selain preminya turun, laba Mandiri InHealth juga susut. Per Maret 2015, Mandiri InHealth meraup untung sebesar Rp 40,9 miliar. Dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 lalu, angka ini berkurang.

Masa puncak premi

Pada akhir tahun ini, Mandiri InHealth mematok pertumbuhan laba 35% dari tahun lalu. Artinya, di sepanjang tahun ini, Mandiri InHealth diharapkan mengeruk keuntungan sebanyak Rp 272 miliar. Demi menjaga margin, Mandiri InHealth akan menekan rasio klaim di kisaran 70%. Apalagi biaya kesehatan meningkat.

Senasib dengan Mandiri InHealth, PT Asuransi Sinar Mas (ASM) juga harus menelan pil pahit dari program BPJS Kesehatan. Porsi premi asuransi kesehatan ASM menyusut dari semula 14% menjadi 13%. Sampai bulan April 2015, premi dari lini bisnis ini mencapai Rp 325 miliar.

"Meski asuransi kesehatan turun, nominalnya masih terhitung besar," tutur Direktur ASM, Dumasi MM Samosir.

Menurut Dumasi, jika melihat tren tahunan, bulan April sampai Desember merupakan peak season. Sebab, banyak perusahaan memperbarui asuransi kesehatan.

Kini, perusahaan banyak yang memilih menunggu kejelasan program CoB BPJS Kesehatan sebelum mengambil keputusan. "Kemungkinan masa peak season akan bergeser ke Januari tahun depan," imbuh Dumasi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×