Reporter: Tendi Mahadi | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Hampir seluruh sektor bisnis terimbas perlambatan ekonomi di tahun ini. Tak terkecuali, industri asuransi umum. Meski perolehan premi masih bertumbuh, namun lebih lambat ketimbang tahun lalu.
Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) mencatat, perolehan premi asuransi umum di kuartal pertama tahun ini mencapai Rp 13,9 triliun atau meningkat 9,45% dari periode sama tahun lalu yang sebanyak Rp 12,7 triliun.
Sebagai perbandingan, pada kuartal pertama tahun lalu, pertumbuhan premi industri asuransi umum mencapai sekitar 19,6% secara year on year (yoy). "Jadi memang industri melambat pada awal tahun ini," ujar Julian Noor, Direktur Eksekutif AAUI, kemarin (15/6).
Salah satu pemicu perlambatan industri asuransi adalah kelesuan ekonomi makro. Faktor lainnya adalah proyek-proyek pembangunan pemerintah juga masih seret.
Namun, Julian masih yakin bahwa bisnis asuransi di semester kedua tahun ini bakal pulih seiring dengan perbaikan ekonomi Indonesia. "Mungkin kondisi ekonomi mulai meningkat di paruh kedua tahun ini," kata Julian.
Lini bisnis asuransi harta benda dan asuransi kendaraan bermotor masih menjadi motor andalan bagi industri asuransi umum dalam mendulang premi di tiga bulan pertama tahun ini. Kedua lini bisnis tersebut menyumbang 58,6% dari total perolehan premi asuransi umum di triwulan pertama.
Rinciannya Rp 4,09 triliun berasal dari asuransi harta benda dan Rp 4,07 triliun dari asuransi kendaraan bermotor. "Pasar otomotif di kuartal I kondisinya masih terbilang positif sehingga mendorong premi," imbuh Ketua Tim Departemen Statistik AAUI, Dadang Sukresna.
Selanjutnya, produk asuransi kesehatan menempati peringkat ketiga sebagai penyumbang premi terbesar yakni 9%. Beberapa produk lain ikut menguntit seperti asuransi pengangkutan laut sebesar 5,7% dan asuransi kredit sebesar 5,2%.
Di sisi lain, pertumbuhan klaim asuransi umum juga meningkat. Per Maret 2015, industri asuransi membayar klaim sebesar Rp 8 triliun. Bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun kemarin, beban klaim ini naik sampai 80,8%.
Menurut Julian, kenaikan pembayaran klaim ini karena ada klaim bawaan dari tahun lalu yang baru diselesaikan di kuartal pertama tahun ini. Klaim tertinggi adalah lini bisnis asuransi rangka pesawat dari Rp 13 miliar menjadi Rp 980,7 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News