kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Bangun ekosistem pembayaran, naik MRT bisa pakai uang elektronik


Kamis, 21 Maret 2019 / 15:37 WIB
Bangun ekosistem pembayaran, naik MRT bisa pakai uang elektronik


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Presiden Joko Widodo bakal meresmikan transportasi Moda Raya Terpadu (MRT) Jakarta fase 1 Bundaran Hotel (HI)-Lebak Bulus secara komersial pada Minggu (24/3) mendatang. Himpunan Bank Milik Negara (Himbara) berharap uang elektronik yang diterbitkan anggota Himbara bisa digunakan sebagai alat pembayaran.

Adapun beberapa uang elektronik berbasis kartu milik Himbara antara lain e-money Bank Mandiri, TapCash milik BNI dan Brizzi kepunyaan BRI.

Senior Vice President (SVP) Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan nantinya pembayaran MRT maupun Light Rail Transit (LRT) diharapkan bisa menggunakan uang elektronik berbasis kartu alias serupa dengan Kereta Rel Listrik (KRL) maupun TransJakarta.

Menurut Thomas, hal ini merupakan potensi besar bagi perbankan sekaligus bukti kalau kue uang elektronik masih besar. 

Wajar, merujuk pemberitaan yang dimuat Kontan.co.id (18/3) lalu, PT MRT Jakarta menargetkan ada 65.000 penumpang per hari pada tahun pertama beroperasi.

Tarif yang dibebankan ke konsumen diusulkan sebesar Rp 10.000 oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, dengan subsidi sekitar Rp 572 miliar untuk MRT dari APBD DKI 2019.

Sementara untuk LRT, ditargetkan mampu melayani 14.000 orang per hari. Meski begitu, Thomas menyebut kalau saat pihak pemerintah tengah memastikan terlebih dahulu kelancaran transportasi baru tersebut.

"Potensi bisnisnya tentu saja ada, namun kita fokus dulu pada bagaimana moda transporasi baru ini pada saat beroperasi berjalan lancar, terutama kalau dari sisi perbankan. Kami akan bantu dari sisi payment ecosystem-nya," terangnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/3) malam.

Ia mengatakan utamanya saat ini ekosistem pembayaran yang tengah digodok oleh pihak perbankan baru MRT. Sementara untuk LRT akan menyusul setelah mendapat aba-aba dari pemerintah.

Asal tahu saja, bank berlogo pita emas ini memang sejak awal tahun 2019 menyebut pertumbuhan e-money bakal melesat. Diprediksi tahun ini volume transaksi e-money bisa tumbuh hingga 30%. Bukan cuma dari segi transaksi, Bank Mandiri juga mematok penambahan jumlah kartu beredar sebesar 5 juta kartu tahun ini.

Sebagai gambaran, sampai Desember 2018 lalu Bank Mandiri telah menerbitkan sebanyak 16,4 juta kartu dengan penerimaan e-money di lebih dari 45.000 merchant dan 60.000 lokasi isi ulang atau top up.

Dari jumlah tersebut, frekuensi transaksi Mandiri e-money pada Januari-Desember 2018 telah mencapai 1,1 miliar dengan nominal transaksi Rp 13,4 triliun. Frekuensi transaksi terbesar terjadi di sektor transportasi yang mencapai 94%.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) melalui Sekretris Perusahaan Jan Hendra memberi sinyal kalau pembayaran transportasi tersebut bakal bisa menggunakan kartu prabayar BCA alias Flazz.

"Pada prinsipnya, kita siap untuk mendukung sistem pembayaran non tunai di transportasi publik. Kami pun terus berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×