Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sepanjang tahun 2019, perbankan sempat dihadang berbagai tantangan sulit. Salah satunya datang dari ketatnya persaingan perebutan dana di pasar dan membuat likuiditas seret.
Tak hanya itu, kondisi ekonomi di tahun lalu belum terlalu stabil bagi perbankan untuk mendorong ekspansi, alhasil mayoritas bank lebih memilih untuk menjaga kualitas kredit sambil mengamankan posisi likuiditas.
Alih-alih untuk mendorong penyaluran kredit, Bank Indonesia (BI) pun sudah banyak mendorong stimulus. Salah satunya dengan melakukan pelonggaran loan to value (LTV) untuk mendorong kredit di sektor properti.
Tak cukup sampai di situ, bank sentral juga memutuskan untuk menurunkan Giro Wajib Minimum (GWM) Rupiah sebesar 100 basis poin (bps) secara keseluruhan di tahun 2019. BI juga telah mengambil kebijakan untuk memangkas suku bunga acuan BI 7 Day Reverse Repo Rate (BI7-DRRR) sebanyak 100 bps di tahun lalu.
Baca Juga: Amankan Kebutuhan Likuiditas, Bank Parkir Dana di Surat Berharga Negara
Dipersenjatai beragam stimulus, perbankan pun lebih optimis menyongsong tahun 2020. Sejumlah bank yang dihubungi Kontan.co.id sepakat mengatakan di tahun 2020 kemampuan bank dalam menyalurkan kredit lebih terbuka. Hanya saja, melihat kondisi ekonomi domestik maupun global saat ini, perbankan dalam negeri pun mau tidak mau harus lebih waspada dalam memberikan kredit.
Presiden Direktur PT Bank OCBC NISP Tbk Parwati Surjaudaja mengatakan, sampai dengan awal Januari 2020 ini belum ada tanda-tanda kredit akan bergerak naik. Sebab, kondisi makro yang redup redam saat ini mulai berdampak beberapa sektor kredit.
"Perkembangan ekonomi belum menunjukan perbaikan. Tapi ruang untuk pertumbuhan masih terbuka," kata dia kepada Kontan.co.id, Jumat (10/1).
OCBC NISP pun sebelumnya lebih memilih memasang target konservatif pertumbuhan kredit di level 7,5%-9% pada tahun ini. Sebagai informasi tambahan saja, merujuk laporan keuangan per November 2019 lalu OCBC NISP membukukan kredit Rp 118,1 triliun atau baru tumbuh tipis 1,47% secara year on year (yoy).