Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
Dari sisi likuiditas, BNI berhasil mencatatkan pertumbuhan CASA yang kuat sebesar 10,1% YoY, yang dihasilkan dari strategi perseroan untuk membangun transaction-based CASA, melalui penyediaan solusi keuangan dan transaksi yang komprehensif dan reliable.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) tercatat masih menjadi bank penghasil laba bersih terbesar dari bank-bank BUMN lainnya, dan sekaligus menjadi pencetak pertumbuhan paling tinggi.
Per November 2022, BRI mengantongi laba bersih Rp 43,96 triliun. Ini melesat 57,96% dari periode yang sama tahun lalu atau secara year on year (YoY).
Capaian BRI ini sejalan dengan pertumbuhan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) tumbuh 4,64% YoY menjadi Rp 92,20 triliun. Secara total perseroan meraup pendapatan bunga Rp 112,2 triliun atau naik 1,85% YoY, sedangkan beban bunga turun 9,25% YoY jadi Rp 20,01 triliun.
Baca Juga: Penyaluran Kredit BNI (BBNI) Tumbuh 10,9% Jadi Rp 646,19 Triliun di 2022
Sebelumnya Direktur Utama BRI Sunarso mengungkapkan, pencapaian kinerja BRI tak lepas dari strategic response BRI yang tepat di tengah berbagaitantangan ekonomi. Pertama, fungsi intermediasi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana masyarakat perseroan masih tumbuh positif.
BRI juga dapat menjaga sustainability pertumbuhan ini dengan fokus pada aspek likuiditas terutama pertumbuhan dana murah, serta menjaga kualitas aset, terutama kredit yang kami restrukturisasi akibat pandemi Covid-19.
Tahun 2023 ini, BRI menargetkan kredit tumbuh 9%-11%. Sunarso bilang, BRI memiliki modal yang cukup dalam mengejar pertumbuhan. Pasalnya, permodalan perseroan cukup kuat, punya sumber pertumbuhan baru yang jelas dari holding ultra mikro, likuiditas cukup bagus, serta jaringan yang luas.
BRI juga telah menyiapkan strategi menghadapi kenaikan inflasi dan suku bunga serta perlambatan ekonomi di tahun 2023 ini. Pertama, jika ekonomi pulih namun inflasi tetap naik dan kualitas pinjaman memburuk BRI akan melakukan pemantauan kualitas pinjaman yang intensif.
Baca Juga: BBRI Diperkirakan Kantongi Laba Rp 49 Triliun, Simak Proyeksi Laba Perbankan Big Cap
Kemudian mempertahankan coverage ratio yang tinggi, tumbuh secara selektif dan melakukan enhancement credit risk model dan kemudian loan portfolio guideline (LPG) yang diatur moderat sehingga kita masih bisa ekspansi tetapi selektif. Kemudian kita harus bisa mengoptimalkan write-offs, untuk recovery rate yang lebih tinggi.
Selain itu, jika ekonomi mulai pulih inflasi terkendali dan kualitas pinjaman baik, maka BRI akan melakukan beberapa strategi. Yakni loan portfolio guideline yang lebih mengendur dijadikan pedoman untuk strategi pertumbuhan.
“Kemudian menurunkan coveraga ratio (cadangan), enhance risk based pricing model untuk meningkatkan daya saing produk. Terakhir, optimalisasi write-offs untuk recovery rate yang lebih tinggi,” terang Sunarso.
Sementara itu, PT Bank Mandiri mencatatkan laba bersih pada November 2022 mencapai Rp 34,81 triliun atau tumbuh 59,83%. NII Bank BUMN ini tumbuh 14,13% YoY menjadi Rp 74,30 triliun dan beban bunganya Rp 15,43 triliun atau turun 4,22%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News