kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.904.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.280   3,00   0,02%
  • IDX 7.113   44,39   0,63%
  • KOMPAS100 1.038   7,95   0,77%
  • LQ45 802   5,08   0,64%
  • ISSI 229   1,99   0,87%
  • IDX30 417   1,49   0,36%
  • IDXHIDIV20 489   1,52   0,31%
  • IDX80 117   0,66   0,57%
  • IDXV30 119   -0,75   -0,63%
  • IDXQ30 135   0,08   0,06%

Bank Bengkulu Jual Aset Kredit


Rabu, 14 Juli 2010 / 08:53 WIB
Bank Bengkulu Jual Aset Kredit


Reporter: Sanny Cicilia, Roy Franedya | Editor: Test Test

JAKARTA. Bank pembangunan daerah (BPD) identik sebagai bank penyimpan dana pemerintah daerah (pemda). Alhasil, saat dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) ditarik untuk pembangunan proyek, likuiditas di BPD mengetat.

Contohnya, Bank Bengkulu yang mengalami masalah likuiditas akhir tahun lalu. Kala itu, dana simpanan pemda di Bank Bengkulu merosot. Padahal, saat itu permintaan kredit cenderung meningkat. Ini terlihat dari loan to deposit ratio (LDR) Bank Bengkulu yang di atas 100%.

Direktur Utama Bank Bengkulu Wimran Is Maun berkisah, simpanan pemerintah daerah saat itu turun di bawah Rp 1 triliun. Padahal, pada tahun-tahun sebelumnya APBD yang tersimpan di brankas Bank Bengkulu pada akhir tahun selalu di atas Rp 1 triliun.

"Kami memang sangat tergantung kepada dana pemerintah," kata Wimran. Ia menduga, simpanan Pemda di Bank Bengkulu merosot karena digunakan untuk kebutuhan operasional akhir tahun. Untuk menjaga likuiditas, Bank Bengkulu mengurangi penyaluran kredit dengan cara menjual aset kredit berkualitas baik kepada bank lain. "Ini juga lumrah dilakukan bank," kata Wimran.

Bank Bengkulu pun menjual aset kredit senilai Rp 300 miliar tersebut kepada Bank Jawa Timur dan Bank CIMB Niaga. Ia bilang, kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) di banknya saat ini di bawah 2%.

Pada akhir Juni 2010 lalu, dana pihak ketiga (DPK) di Bank Bengkulu naik menjadi Rp 1,3 triliun. "Dana Pemda masih mendominasi," jelasnya. Setelah likuiditas pulih, LDR Bank Bengkulu kini hanya 75%.

Kalau Bank Bengkulu terpaksa menjual aset kredit, Bank Papua justru sedang gencar membeli aset kredit dari bank lain. Rupanya, bank yang sebagian besar sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Provinsi (pemprov) Papua ini ingin mengerek rasio penyaluran kreditnya.

Menurut Eddy R. Sinulingga, Direktur Utama Bank Papua, pihaknya menyiapkan dana Rp 500 miliar untuk membeli aset kredit bank lain yang LDR-nya di atas 100%. "Bank yang aset kreditnya kami beli LDR-nya bisa turun dan LDR kami bisa naik," kata Eddy. Sayang, ia masih enggan menyebut nama bank-bank itu.

Ia hanya bilang, Bank Papua mengincar aset kredit dari lima bank yang memiliki LDR 100% atau lebih. Saat ini, LDR Bank Papua masih berkutat di angka 36%. Targetnya, pada akhir 2010 LDR Bank Papua naik menjadi 41%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×