Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pesatnya perkembangan teknologi memaksa perbankan untuk beradaptasi. Alhasil, sejumlah perbankan kini berlomba untuk melakukan ekspansi bisnis secara digital.
Akibatnya, saat ini tak banyak bank yang masih menyiapkan dana untuk pengembangan kantor cabang. Catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebutkan per Maret 2018 total kantor bank umum hanya berjumlah 32.144 kantor. Jumlah tersebut susut 476 kantor dari posisi Maret 2017 32.619 kantor.
Salah satu bank yang tengah fokus melakukan pengembangan teknologi informasi (TI) antara lain PT Bank Bukopin Tbk (BBKP). Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi Bukopin Adhi Brahmantya menuturkan pihaknya berencana untuk transformasi menjadi bank digital pada tahun 2019 mendatang.
Menurut Adhi, lewat pengembangan digital perseroan dapat menghemat biaya operasional cukup tinggi sekitar 10% sampai 20% setahun. Dus, dampak dari efisiensi dan pengembangan tersebut, Bukopin juga berencana untuk menutup sejumlah kantor kas di seluruh Indonesia.
Pihaknya memproyeksikan, paling tidak di tahun ini Bukopin bakal menutup maksimal 30 kantor kas yang sudah tidak optimal. "Kami akan ganti core banking, tahun depan Bukopin sudah full digital," ujar Adhi kepada Kontan.co.id, Kamis (7/6).
Menurut Adhi pihaknya dapat memangkas biaya pembayaran gaji pegawai, pengadaan kartu, dan operasional lainnya dengan mengandalkan digital. Tak tanggung-tanggung, Bukopin sudah menyiapkan dana sebesar Rp 200 miliar sampai Rp 300 miliar untuk tahun 2018 dan 2019 guna pengembangan TI.
Perseroan menyebut, dari total dana tersebut Bukopin sudah menyerap sebesar Rp 80 miliar untuk pengembangan TI. Salah satunya dengan meluncurkan dan pengembangan tabungan berbasis digital bertajuk Wokee.
Lewat tabungan Wokee, bank milik PT Bosowa Corporindo ini optimistis bisa menghimpun dana murah lebih cepat dan efisien. Benar saja, sejak diluncurkan pada akhir 2017 lalu produk tabungan digital Bukopin sudah memiliki 9.000 pengguna dengan total transaksi mencapai 40.000 transaksi.
"Tahun ini kami mau hemat dulu dari sisi pasivanya, tahun depan kami akan menyederhanakan penyaluran kredit dengan digital atau dari sisi aktiva," tuturnya. Pun saat ini Bukopin sudah menggandeng sejumlah perusahaan teknologi finansial (tekfin) untuk memperkuat lini bisnis perseroan.
Nantinya, menurut Adhi pihaknya bakal memanfaatkan teknologi untuk penyaluran kredit pemilikan rumah (KPR) secara digital serta bekerja sama dengan tekfin untuk menjual aset-aset debitur yang bermasalah.
"Kalau kredit macet, asetnya kami sita. Dan aset itu nanti akan kami jual lewat tekfin atau digital. Sehingga menjadi lebih efisien," sambungnya. Dus dengan cetak biru digital tersebut, ke depan Bukopin menyebut belum berencana untuk menambah kantor cabang untuk ekspansi bisnis.
Menurutnya, pihaknya akan memperkuat agen Laku Pandai perseroan yang berjumlah 1.500 agen untuk melayani nasabah di kawasan yang sulit dijangkau alias branchless banking.
Tidak hanya itu, pihaknya bakal memperkuat jalinan swamitra Bukopin untuk penyaluran kredit mikro yang berjumlah 20.000 swamitra. "Lewat swamitra, itu bisa pinjam juga tapi skemanya simpan pinjam koperasi, Bukopin menggandeng swamitranya. Mereka (swamitra) menyalurkan," ujarnya.
Selain Bukopin, PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) juga tengah mengkaji ulang pengembangan kantor cabang. Hal ini sejalan dengan rencana bisnis perseroan yang tengah mengarah ke digital. Hanya saja, bank bersandi emitenBJTM ini tetap akan menambah kantor cabang, meski jumlahnya tidak besar.
Di samping itu, tahun ini pihaknya akan merelokasi beberapa kantor. Rinciannya, sebanyak 11 kantor cabang pembantu, 6 kantor kas, 6 payment point dan 29 mesin ATM. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha bilang, tahun ini perseroan sedang mengembangkan layanan kredit melalui digital.
Nantinya, nasabah Bank Jatim akan dimudahkan untuk mendapat informasi produk kredit dan pengajuan kredit lewat aplikasi digital milik perseroan yang akan segera diluncurkan. "Kami juga akan kembangkan self service bank (SSB), nasabah dapat bertransaksi secara mandiri kapan saja di Mall, galeri ATM, atau jaringan kantor digital bank," tuturnya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/6).
Alhasil, Bank Jatim akan menggelontorkan dana sebesar Rp 54 miliar untuk belanjn modal TI tahun ini. Dari jumlah tersebut, perseroan sudah menyerap Rp 8,2 miliar dana tersebut untuk TI.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News