Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pencapaian kinerja laba bersih yang menggembirakan dari bank-bank besar pada tahun 2024 tidak terlepas dari kontribusi pendapatan non bunga yang salah satunya berasal dari biaya dan komisi atau fee based income.
Dari deretan bank besar yang telah merilis laporan keuangannya untuk periode 2024, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) menjadi jawara dengan pendapatan non bunga Rp 42,32 triliun atau tumbuh 4,12% secara tahunan atau year on year (yoy) pada 2024.
Pendapatan non bunga Bank Mandiri salah satunya ditopang oleh fee based income yang menyumbang Rp 17,69 triliun atau tumbuh 11,3% yoy.
Direktur Utama Bank Mandiri, Darmawan Junaidi mengatakan, fee-based income Bank Mandiri menunjukkan tren positif, didorong oleh peningkatan transaksi perbankan digital, layanan treasury, trade finance, serta jasa pengelolaan dana dan investasi.
Adapun pendapatan dari transaksi e-channel memberikan kontribusi terbesar yang melonjak 20,1% yoy menjadi Rp 4,64 triliun. Pencapaian tersebut didukung oleh Super Apps Livin’ by Mandiri yang telah berhasil mencatatkan pertumbuhan pengguna menembus 29,3 juta dengan frekuensi transaksi mencapai 3,9 miliar transaksi atau tumbuh 38% secara tahunan.
Livin’ by Mandiri juga berkontribusi memberikan fee-based income kepada Bank Mandiri sekitar 6,20% atau mencapai Rp 2,62 triliun pada 2024.
Pada periode yang sama, Wholesale Digital Super Platform Kopra by Mandiri, telah berhasil mengelola transaksi senilai Rp 22.700 triliun dengan pertumbuhan volume transaksi sebesar 17% YoY, dengan frekuensi mencapai 1,3 miliar transaksi, naik 21% secara YoY.
"Kinerja yang solid ini merupakan hasil dari inovasi berkelanjutan yang terus diluncurkan sepanjang tahun 2024. Kami optimis perluasan ekosistem digital Bank Mandiri akan terus meningkat lewat serangkaian inovasi yang telah dilakukan," kata Darmawan saat paparan kinerja perseroan beberapa waktu lalu.
Darmawan menambahkan, bahwa pihaknya akan terus mengembangkan solusi layanan yang lebih inovatif dan memberikan nilai tambah kepada nasabah, untuk memastikan pertumbuhan yang lebih stabil dan berkelanjutan secara jangka panjang.
Jika dilihat dari laman perusahaan, Bank Mandiri mengenakan tarif layanan untuk giro, tabungan, transaksi, produk kartu, Inkaso, payroll, safe deposit box, penerbitan surat referensi bank, auto payment, layanan top up gopay, tagihan telkomsel, bea materai, dan setor tarik valas.
Di jajaran kedua ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang mencatat pendapatan non bunga sebesar Rp 25,2 triliun atau tumbuh 10,2%. Adapun pendapatan non bunga BCA mayoritas berasal dari kontribusi fee based income sebesar Rp 18,8 triliun yang tumbuh 8,4%.
Perolehan FBI tersebut ditopang oleh layanan kanal digital, dimana peningkatan total frekuensi transaksi BCA mencapai 21% yoy mencapai 36 miliar. Khusus untuk mobile banking dan internet banking, frekuensi transaksi mencapai 31,6 miliar, tumbuh 24% YoY. Jumlah rekening nasabah BCA per Desember 2024 mencapai lebih dari 41 juta, tumbuh 2 kali lipat dalam 5 tahun terakhir.
"BCA mengoptimalkan pendapatan dari segala lini bisnis. Kami berkomitmen mendorong penyaluran kredit di berbagai sektor, serta memperkuat plaform perbankan transaksi," ungkap Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja.
Lebih lanjut Jahja mengatakan, ke depan, BCA senantiasa memastikan hadirnya platform perbankan transaksi yang aman dan andal, sekaligus menjadi solusi yang relevan bagi kebutuhan nasabah, sehingga dapat meningkatkan basis nasabah dan jumlah transaksi.
"Hal ini diharapkan dapat berkontribusi positif terhadap pertumbuhan pendapatan selain bunga hingga akhir tahun," imbuhnya.
Jika dilihat dari laman perusahaan, Bank BCA mengenakan tarif layanan tahapan untuk giro, tabungan, transaksi, produk kartu, Inkaso, payroll, safe deposit box, layanan top up, tagihan telkomsel, tagihan listrik, dan lain-lain.
Dalam meningkatkan pendapatan dari biaya dan komisi, BCA juga terlihat semakin meningkatkan biaya-biaya kepada nasabah. Belum lama ini BCA menakikan tarif transaksi EDC menjadi Rp 4.000 yang dikenakan oleh seluruh merchant yang melayani fasilitas tarik tunai BCA seperti minimarket dan supermarket.
Sementara itu, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) mencatat pertumbuhan pendapatan non bunga sebesar 11,9% menjadi Rp 24,03 triliun. Dengan kontribusi fee based income mencapai 16,28 triliun atau meningkat 10,2%.
Pendapatan non bunga BNI berasal dari fee based income berbasis komisi dari segmen konsumer tercatat naik 2,9% menjadi Rp 7,1 triliun, yang utamanya ditopang oleh pendapatan dari bisnis kartu dan bancassurance meningkat 2,6% menjadi Rp 2,21 triliun. Adapun fee based income dari ATM dan e-channel berkontribusi Rp 1,54 triliun atau meningkat 5,6%
Sedangkan pendapatan non bunga BNI dari business banking berkontribusi Rp 8,62 triliun, atau meningkat 15,3%. Utamanya ditopang dari komisi investasi saham, kustodi, dan lainnya sebesar Rp 3,1 triliun atau meningkat 14,7%, dan ditopang dari FX Trading, revaluasi & derivative mencapai Rp 1,26 triliun, dan surat berharga yang diperjualbelikan mencapai Rp 1,85 triliun meningkat 52,7%.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar bilang, pertumbuhan fee based income juga didorong oleh pendapatan loan recovery, trade finance dan transaksi pembayaran melalui aplikasi Wondr by BNI yang terus meningkat.
Dilihat dari laman perusahaan, BNI menerapkan biaya untuk jasa-jasa safe deposit box, Inakso, surat keterangan bank, bonds,fx mobile, transaksi, topup dan lain-lain.
Selanjutnya: Menuju Proses Aksesi OECD, Pemerintah Komitmen Perangi Praktik Suap
Menarik Dibaca: Finansial Gen Z Rentan Masalah Keuangan, Ini Solusi Meningkatkan Literasi!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News