kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank BUKU III mengaku likuiditas masih aman di tengah wabah corona


Selasa, 07 April 2020 / 20:03 WIB
Bank BUKU III mengaku likuiditas masih aman di tengah wabah corona


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penyebaran wabah virus corona (Covid-19) praktis membuat perekonomian dalam dan luar negeri tidak stabil lantaran banyak sektor ekonomi yang terkena dampak. Hal ini lambat laut bisa saja berpotensi membuat kemampuan debitur yang terdampak corona kesulitan untuk membayar cicilan. Bila terjadi, tentunya hal ini berpotensi mempengaruhi likuiditas perbankan di Tanah Air.

Tapi kabar baiknya, saat ini likuiditas industri perbankan masih terbilang stabil. Bila mengacu pada data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Februari 2020 posisi loan to deposit ratio (LDR) perbankan ada di level 91,76%. Kalau dirinci berdasarkan per BUKU, tercatat BUKU I, II dan IV punya LDR yang cukup aman yakni di bawah 90%.

Baca Juga: Terpanjang dalam sejarah, ini alasan pemerintah rilis global bond bertenor 50 tahun

Sayangnya, LDR BUKU III per Februari 2020 justru sangat tinggi yakni mencapai 98,17%. Malah, khusus BUKU III konvensional saja, per Januari 2020 LDRnya sudah mencapai 101%. Jauh lebih ketat dibandingkan kelompok bank lainnya.

Beberapa bank BUKU III yang dihubungi Kontan.co.id, Selasa (7/4) sejatinya mengaku kondisi likuiditas masih berada batas aman. Bukan terlihat dari LDR melainkan dari rasio intermediasi makroprudensial (RIM) yang terbilang rendah.

Ambil contoh, PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) yang punya RIM di bawah 84%. Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Timur Satyagraha bilang RIM tersebut sebenarnya melonggar setelah perseroan mendapat relaksasi karena melakukan pembiayaan ekspor impor dan UMKM. "Melihat rasio ini, kebutuhan likuiditas jangka pendek kami masih bisa terpenuhi," tuturnya.

Lagipula di tengah perlambatan ekonomi, perbankan memang cenderung tak mau mengambil risiko dengan mendorong pertumbuhan kredit. Di sisi lain, Ferdian bilang tetap saja ada potensi kenaikan RIM ke depan. "Kami fokus kredit risiko rendah seperti kredit konsumer, sehingga ada potensi kenaikan RIM," sambungnya. Walau masih dihitung, pria yang karib disapa Ferdi mengisyaratkan akan ada revisi proyeksi likuiditas di bulan Juni 2020.

Baca Juga: Bank Permata Syariah akan pangkas target pembiayaan karena wabah corona

Senada, Direktur Keuangan dan Tresuri Bank BTN Nixon Napitupulu juga menyebut likuiditas perseroan masih terbilang kuat saat ini. Tercermin dari rasio kecukupan likuiditas atau liquidity coverage ratio (LCR) Bank BTN yang masih di kisaran 136,31%.

Walau begitu, kalau melihat laporan keuangan perseroan, LDR BTN memang selalu ada di atas 100% dalam beberapa tahun terakhir. Pun, kalau seandainya membutuhkan likuiditas akibat perlambatan ekonomi, perbankan sudah diberikan amunisi oleh pemerintah. Hal ini tertuang dalam Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 2020.

Sederhananya menurut Nixon, dalam Perppu tersebut perbankan bisa memperoleh pinjaman likuiditas jangka pendek atau tenor 12 bulan oleh pemerintah. "Produknya masih dalam diskusi, bisa obligasi, RDPT, pinjaman bilateral atau bisa juga kami sekuritisasi lalu surat berharganya dibeli Bank Indonesia (BI) atau Sarana Multigriya Finansial (SMF)," terangnya.

Baca Juga: BCA Syariah tak revisi target di tengah wabah corona, ini alasannya

Bila diperlukan, dana itu bisa dipakai bank untuk menggantikan arus kas yang tersendat akibat berkurangnya pemasukan atau likuiditas perbankan. "Ini semacam pengganjal likuiditas jangka pendek, cuma satu tahun, harapannya bisa lebih cepat dari itu setelah kondisi bank kembali normal," imbuhnya.

Setali tiga uang, Direktur Utama Bank Mayapada Haryono Tjahjarijadi juga bilang kondisi likuiditas perseroan masih aman di bawah 80%. Tapi, bisa saja likuiditas mengetat kalau bank memutuskan untuk menyalurkan kredit. "Tapi, dengan adanya Covid-19 ini praktis bank-bank tidak atau sangat kecil salurkan kredit sehingga likuiditas jangka pendek harusnya aman," terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×