Sumber: KONTAN | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. Di tengah situasi pasar yang masih tegang, sebuah bank harus menjadi korban kecerobohannya sendiri. Kemarin (13/11) Bank Indonesia (BI) terpaksa menyetop penyelesaian transaksi antarbank atau kliring PT Bank Century Tbk.
Gubernur Bank Indonesia Boediono menjelaskan, BI masih meneliti apa penyebab Bank Century tak bisa ikut kliring. "Kami harus melihat lebih dalam lagi bagaimana pemecahannya. Intinya mereka harus bertanggungjawab," kata Boediono (13/11).
Karena insiden ini, di pasar finansial kemarin juga sempat berkembang rumor: ada tiga bank yang bermasalah. Tapi BI menegaskan, hanya ada satu bank yang gagal mengikuti kliring, yaitu Bank Century Tbk. karena ada masalah teknis. Kendati tak boleh kliring, Bank Century kemarin masih boleh melakukan transaksi melalui Real Time Gross Settlement (RTGS). Absennya Bank Century dalam sistem kliring juga tidak mengganggu sistem pembayaran secara keseluruhan.
Karena itu, BI meminta masyarakat bijak dan tidak panik. BI memperkirakan hari ini, Jumat (14/11), Bank Century sudah bisa kembali ikut kliring secara normal.
Jadi, apa sebab teknis itu? Direktur Utama Bank Century Tbk. Hermanus H. Muslim mengakui bahwa banknya terlambat mengalokasikan dana untuk prefund yang seharusnya masuk ke BI tepat waktu. "Kami sudah memenuhinya setelah itu," kata Hermanus.
Manajemen Century berjanji akan melakukan monitoring lebih ketat terhadap aktivitas transaksi, sehingga tidak lagi terjadi keterlambatan. Hermanus yakin masalah ini tidak akan terulang lagi di tengah krisis seperti ini.
Tapi, nasi sempat juga menjadi bubur. Menanggapi ketidakpastian di pagi hari kemarin, Bursa Efek Indonesia (BEI) langsung menghentikan sementara perdagangan saham Bank Century yang berkode BCIC itu pada sesi kedua. Untungnya harga saham Bank Century tetap tidur di Rp 50 per saham. Harga ini sudah tak bergerak sejak 10 November 2008 lalu. Setelah manajemen memberikan penjelasan, BEI akan membuka lagi perdagangan saham BCIC pada Jumat (14/11) ini.
Bank bisa saling mencurigai
Dampak lain kejadian ini pada perbankan lebih bersifat psikologis. Penghentian kliring Bank Century bisa membawa dampak buruk bagi bank cilik. Mereka akan makin sulit mencari duit pinjaman antarbank. Ekonom PT Bank Central Asia Tbk (BCA) David Sumual, misalnya, mengaku khawatir. Sekarang ini, "Bank akan semakin berhati-hati melihat risiko saat memberikan pinjaman, apalagi pinjaman besar dengan kemungkinan gagal bayar," katanya.
Tapi, untungnya situasi kemarin tidak memicu gejolak yang lebih besar di pasar uang. Kamis (13/11) tingkat bunga antarbank di Jakarta atau Jakarta Interbank Offered Rate (JIBOR) untuk pinjaman sehari hanya naik tipis menjadi sebesar 9,766%, dari 9.686% pada sehari sebelumnya. BI memproyeksikan kebutuhan likuiditas dalam sehari kemarin sebesar Rp 70,3 triliun. Sementara di pasar ada ketersediaan likuiditas Rp 71,6 triliun.
Satu lagi, kejadian itu juga tidak sampai memicu kepanikan nasabah. Bisa jadi, itu karena ukuran Bank Century yang tidak terlalu besar. Walhasil, tak banyak nasabah yang terpengaruh oleh penghentian kliring itu.
Sedangkan Kepala Divisi Tresuri PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Tbk. Basuki Setiadjid yakin situasi tidak akan memburuk. Transaksi antarbank memang mengecil, "Tapi itu sudah lama," tuturnya. Sejak krisis global, bank-bank memang lebih suka mengempit dana masing-masing.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News