kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Digital Pesta Laba, Tapi Sahamnya Tetap Tak Berdaya


Senin, 25 Maret 2024 / 19:55 WIB
Bank Digital Pesta Laba, Tapi Sahamnya Tetap Tak Berdaya
ILUSTRASI. Emiten bank-bank digital menutup tahun 2023 dengan pertumbuhan laba yang naik signifikan. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten bank-bank digital menutup tahun 2023 dengan pertumbuhan laba yang naik signifikan. Namun, kenaikan tersebut tak diikuti oleh kinerja sahamnya.

PT Bank Jago Tbk (ARTO) menjadi bank digital dengan kenaikan laba terbesar sepanjang 2023. Tak main-main, laba Bank Jago naik hingga 354% secara tahunan (YoY) menjadi Rp 72,3 miliar.

Kenaikan laba tersebut salah satunya ditopang oleh pendapatan bunga bersih yang tercatat naik sekitar 15,71% YoY menjadi Rp 1,56 triliun. Meski demikian, rasio Net Interest Margin (NIM) sedikit tergerus dari 10,45% menjadi 9,45%.

Untungnya, bank yang tergabung dalam ekosistem Grup GOTO ini mampu melakukan efisiensi. Di mana, Beban Operasional terhadap Pendapatan Operasional (BOPO) turun dari 99,19% menjadi 95,83%.

Baca Juga: Bahana Sekuritas Prediksi, Bank Jago Akan Jadi Senjata GOTO, Ini Pertimbangannya

Direktur Kepatuhan & Corporate Secretary Bank Jago Tjit Siat Fun mengungkapkan bahwa pertumbuhan laba yang tinggi dikarenakan laba Bank Jago pada tahun 2022 memang terbilang rendah.

Namun, wanita yang akrab disapa Afun ini melihat pertumbuhan laba akan menjadi momentum positif bagi Bank Jago untuk terus berinovasi melayani nasabah. Dalam hal ini, terus berkolaborasi dengan ekosistem digital.

“Kami akan memperluas kolaborasi dengan ekosistem yang baru untuk terus memberikan produk dan layanan keuangan kepada nasabah,” ujarnya kepada KONTAN, Senin (25/3).

Afun juga menegaskan Bank Jago secara berkala selalu melakukan kajian dan mempertimbangkan potensi risiko dalam bekerjasama dalam penyaluran kredit. Termasuk, menyeleksi mitra pembiayaan serta mempelajari perilaku dan tren pada setiap segmen nasabah.

”Prinsip kehati-hatian ini berhasil menjaga NPL di level yang rendah,” ujarnya.

Sementara itu, ada PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI) yang tercatat sebagai bank digital dengan laba terbesar senilai Rp 444,6 miliar. Namun, pertumbuhannya tergolong mini di antara bank digital lainnya yaitu sekitar 64,67% YoY.

Sama halnya dengan Bank Jago, Laba Allo Bank juga ditopang oleh pendapatan bunga bersih. Di mana, pendapatan bunga bersih bank milik CT Group tersebut tumbuh 65,29% YoY menjadi Rp 1,03 triliun.

”Seluruh kinerja Allo Bank menunjukkan realisas yang baik dengan beberapa indikator keuangan berada di atas target yang telah ditetapkan,” ujar Direktur Utama Allo Bank Indra Utoyo.

Baca Juga: Ini Jurus Allo Bank Perbesar Dana Murah di Tahun Ini

Ia mencontohkan penyaluran kredit Allo Bank yang tercatat senilai Rp 7,3 triliun atau tumbuh 2,5%. Menurutnya, itu bukti Allo Bank telah menjalankan fungsi intermediasi sebagai sebuah bank.

Selain itu, ada juga PT Bank Raya Indonesia Tbk (AGRO) yang mencatatkan kenaikan laba 112,48% YoY menjadi Rp 24,35 miliar. Serta, PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) yang mampu menyusutkan rugi bersihnya sekitar 27,36% YoY menjadi rugi Rp 573,18 miliar.

Meski kinerja keuangan bank-bank digital tersebut terbilang ciamik, pergerakan saham mereka tak ada satupun yang mengalami kenaikan sepanjang tahun 2024 berjalan.

Jika dilihat secara year to date (ytd), ARTO menjadi yang paling kecil penurunannya. Di mana, ARTO terlihat terkoreksi 4,14% ytd dan kini diperdagangkan di Rp 2.780 per saham.

Selanjutnya, ada AGRO yang mampu menjaga penurunan harga tidak terlalu dalam. Penurunannya hanya sekitar 4,52% ytd menjadi Rp 296 per saham.

Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus bilang bank digital ini belum bisa menyamai kinerja saham bank-bank besar. Di mana, ketika laba mulai konsisten tumbuh diikuti oleh kinerja sahamnya.

Salah satu alasannya, bank digital ini belum memiliki nasabah loyal seperti bank konvensional. Alhasil, ada tuntutan bagi bank digital untuk terus berinovasi agar semakin membuat nasabah nyaman dengan layanannya.

Ia mencontohkan ARTO yang saat ini memang memiliki ekosistem yang paling besar dibandingkan bank digital lainnya. Artinya, layanannya pun banyak terintegrasi untuk memudahkan nasabah.

”Tapi kalau inovasinya berhenti ya tidak menutup kemungkinan akan tertinggal juga,” ujarnya.

Namun, ia melihat ARTO menjadi yang paling layak dicermati oleh investor saat ini. Menurutnya, harga ARTO diperkirakan bisa menembus Rp 3.000 per saham untuk tahun ini.

Baca Juga: NPL di Sejumlah Bank Digital Kompak Naik pada Tahun Lalu, Kenapa?

Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menyoroti banyaknya bank konvensional yang saat ini banyak mengembangkan aplikasi digitalnya. Tentu, itu menjadi tantangan bagi bank digital dalam hal persaingan.

Nafan melihat dampak paling nyata ialah likuiditas dari bank digital itu sendiri. Di mana, mereka perlu berebutan Dana Pihak Ketiga (DPK) untuk semakin ekspansif dalam menyalurkan kredit.

”Bank digital ini juga perlu menggarap pasar-pasar baru agar bisa semakin ekspansif dalam kreditnya,” tambahnya.

Nafan merekomendasi investor agar mengakumulasi ARTO dan BBHI. Masing-masing, ia menargetkan harganya di Rp 3.020 dan Rp 1.300. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×