Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berkat konsistensi kolaborasi dengan ekosistem, bank-bank berbasis teknologi yang tertanam dalam ekosistem fintech ini melanjutkan pertumbuhan yang solid di kuartal III/2022.
PT Bank Neo Commerce Tbk (BBYB) misalnya, yang melaporkan pertumbuhan positif pada kuartal III 2022 dengan ditopang pengalaman pemegang saham pengendalinya Akulaku. Bank Neo Commerce berhasil mencatatkan kredit Rp 8,9 triliun hingga kuartal III-2022 atau melonjak 131,7% secara tahunan atau year on year (YoY) dari Rp 3,84 triliun pada September 2021.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit, pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) Bank Neo Commerce tumbuh signifikan 350,7% YoY dari Rp 241,8 miliar menjadi Rp 1,08 triliun. Di saat yang sama, Fee Based Income (FBI) BNC juga melesat sebesar 342,03% menjadi Rp 254,14 miliar dibandingkan kuartal III-2021 yang hanya sebesar Rp 57,49 miliar.
Pertumbuhan FBI ini tak lepas dari pengembangan fitur- fitur baru di aplikasi neobank yang mendukung kebutuhan nasabah yang terus dilakukan perusahaan dengan kode emiten BBYB ini. Fitur baru yang sudah ditambahkan Bank Neo Commerce diantaranya Neo Emas untuk para nasabah yang ingin berinvestasi emas dan fitur Tabungan Berjangka (Neo Wish). Adapun fitur yang diminati oleh para nasabah, yaitu Neo Loan atau pinjaman kredit langsung secara online untuk nasabah melalui aplikasi.
Baca Juga: BCA Jadi Bank Paling Efisien di Indonesia, Ini Penyebabnya
Direktur Utama BNC, Tjandra Gunawan, mengatakan fitur-fitur tersebut memungkinkan nasabah semakin aktif melakukan berbagai transaksi keuangan.
“Menuju usia yang hampir dua tahun sejak kehadiran aplikasi neobank, dan ditopang dengan kinerja positif yang berkelanjutan, BNC semakin menunjukkan eksistensinya sebagai solusi bagi kebutuhan nasabah. Kami berkomitmen untuk selalu memberikan layanan keuangan yang terbaik dengan terus menambah fitur-fitur dan produk-produk inovatif,” kata Tjandra beberapa waktu lalu.
Dengan kenaikan FBI dan pendapatan bunga bersih pada kuartal III 2022, BNC berhasil membukukan laba sebesar Rp10,1 miliar pada kuartal III 2022. Alhasil, rugi bersih sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini turun jadi Rp 601,2 miliar.
Rasio Beban Operasional BNC tercatat turun sebesar 17%, yaitu dari 147,9% menjadi 130,9% di September 2022. Sementara Penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) Bank Neo Commerce tumbuh 88,9% YoY menjadi 12,6 triliun per September 2022. Alhasil, aset BNC telah mencapai Rp15,9 triliun atau naik sebesar 98,75% secara YoY dibandingkan dengan posisi September 2021 yang sebesar Rp 8,1 triliun.
Head of Research Sucor Sekuritas, Edward Lowis memproyeksikan kinerja positif BBYB ini akan terus berlanjut seiring dengan peningkatan signifikan pada portofolio dan juga penurunan biaya operasi. Selain itu juga diharapkan bisa mengungkit kemampuan yang dimiliki Akulaku tersebut. Edward menyebut, BBYB telah membuktikan kekuatannya dalam hal menjaring dana pihak ketiga (DPK) dengan total DPK mencapai hampir Rp13 triliun, pada September 2022, atau naik 88,9%. Salah satu yg tertinggi dibandingkan bank digital lainnya.
"Kemampuan untuk menjaring DPK, ditambah dengan kearifan dalam mengelola aset akan menjadi kunci yang sangat penting untuk bank digital agar bisa membukukan kinerja positif dan secara keberlangsungan," katanya.
Menurutnya, kehadiran layanan digital banking tentunya sangat membantu masyarakat, terutama masyarakat yang belum sepenuhnya terlayani oleh perbankan konvensional, terutama masyarakat di luar kota-kota besar.
Sementara itu Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga menyatakan, mengenai strategi bisnis Bank Neo Commerce dengan Akulaku Finance Indonesia (AFI), akan tetap berjalan baik.
"BNC akan menjadi back up funding AFI dan akan melakukan beberapa pengembangan antara lain dalam hal skim pembiayaan, masuk ke sektor pembiayaan produktif, join promo, serta join program inklusi dan literasi keuangan. Intinya meningkatkan sinergitas di Akulaku Group," kata Efrinal.
PT Bank Jago Tbk (Bank Jago) juga melaporkan pertumbuhan kinerja keuangan yang solid dengan kredit yang terjaga per akhir kuartal III-2022. Bank Jago memang terus memperkuat kerja sama ekosistem GoTo Gojek Tokopedia TbK (GOTO). Sepanjang tahun ini Bank Jago pun telah melakukan sejumlah kolaborasi baru. Terakhir, Bank Jago meningkatkan kolaborasi dengan Grup GoTo dengan memberikan pendanaan pada produk GoPayLater Cicil. Ini merupakan produk pinjaman digital terbaru dari Tokopedia.
Bank Jago juga memperdalam kolaborasi bersama GoTo Financial dengan mengintegrasikan layanannya ke dalam aplikasi GoBiz, aplikasi untuk mitra usaha GoFood. Kedua kolaborasi ini melengkapi integrasi Bank Jago dengan Gojek dan GoTo Financial yang dimulai sejak 2021 lalu. Sejumlah kolaborasi baru yang terjadi pada tahun ini mendorong jumlah nasabah funding Bank Jago mencapai 4,2 juta nasabah pada akhir September 2022. Jumlah ini tumbuh tiga kali lipat dalam sembilan bulan, dibandingkan akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.
Baca Juga: Likuiditas Valas Bank Dikabarkan Mengetat Sampai Hentikan Kredit, Ini Respons Bankir
Peningkatan jumlah nasabah mendorong penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terutama pada produk tabungan dan giro (current account, savings account/CASA) tumbuh kuat. CASA meningkat 422% secara year on year (YoY) menjadi Rp 5,14 triliun, sedangkan deposito tumbuh 38% menjadi Rp 2,14 triliun. Hal ini membuat struktur biaya dana semakin membaik yang tercermin pada rasio CASA terhadap total DPK mencapai 71%. Secara keseluruhan DPK yang dihimpun hingga kuartal III-2022 mencapai Rp 7,28 triliun, tumbuh 186% secara yoy.
Bermodalkan porsi CASA yang besar, Bank Jago berhasil menjaga beban bunga dan beban syariah rendah, yakni Rp 101 miliar per kuartal III-2022, naik 166% dari periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara pendapatan bunga dan pendapatan syariah Bank Jago tumbuh lebih tinggi, yakni meningkat 205% menjadi Rp 1,08 triliun per kuartal III-2022 yang mendorong pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) tercatat Rp 984 miliar atau tumbuh 210% secara tahunan.
Pendapatan bunga dan pendapatan syariah didorong oleh penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tumbuh 119% menjadi Rp 8,16 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 3,73 triliun.
Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar menyatakan, pertumbuhan penyaluran kredit dan pembiayaan syariah yang tinggi ditopang oleh kolaborasi dengan berbagai mitra (partner), seperti fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnership lending). Salah satu kolaborasi partnership lending terbaru adalah dengan platform e-commerce jual beli mobil bekas terkemuka Carsome Indonesia dan Moladin. Hingga akhir September 2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 38 institusi, termasuk 32 mitra untuk partnership lending.
Pola partnership lending membuat Bank Jago ekspansif dalam menyalurkan kredit dengan menjaga pengelolaan risiko yang lebih terkendali. Ini terlihat pada rasio kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) bruto yang berada di level 2,1 persen atau berada di bawah rata-rata industri perbankan.
Kombinasi struktur dana yang baik, pertumbuhan kredit yang tinggi, dan risiko kredit yang terjaga berdampak positif pada perolehan laba bersih setelah pajak hingga kuartal III-2022 sebesar Rp 41 miliar, berbanding terbalik dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang tercatat rugi.
"Hingga September 2022 kami berada pada jalur yang tepat menuju pertumbuhan yang solid. Di sisi lain kami tetap mencermati perkembangan ekonomi global dan dalam negeri agar kami dapat melakukan antisipasi dan terus mendorong pertumbuhan kinerja Bank Jago yang sehat dan berkelanjutan di tahun mendatang," ujar Kharim.
Hingga akhir September 2022, rasio likuiditas atau loan to deposits ratio (LDR) Bank Jago tercatat pada 112%. Sementara pendapatan bunga bersih (net interest margin/NIM) tercatat berada pada 10,5% dan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 97%. Rasio-rasio ini cukup kuat untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan. Secara keseluruhan aset Bank Jago tercatat sebesar Rp 15,82 triliun, tumbuh 44,1% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Menurut Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus Bank Jago bisa menguntungkan karena dia punya ekosistem yang terlibat dengan Gojek juga Tokopedia yang merupakan salah satu ekosistem terbesar yang dimiliki oleh Indonesia.
Baca Juga: BNI Salurkan Kredit Berkelanjutan Senilai Rp 176,4 Triliun per September 2022
"Kita bicara Tokopedia, e-commerce jual beli yang saat ini penggunanya mungkin lebih dari 100 juta user active, anggap saja kita beli di Tokopedia, setelah beli kita mau bayar kita bayarnya pakai bank Jago bank pembayarannya, setelah bayar kita pengirimannya pakai Gojek ini adalah satu kesatuan utuh di mana dari hulu ke hilir Goto menguasainya. Berbicara bisnis bank tidak hanya berbicara mengenai funding tapi juga bicara landing," jelas Nico.
Nico mengatakan, pengguna Tokopedia dan Gojek yang segitu besar tentu akan membuat Bank Jago menjadi senang karena bisa masuk ke user database nya mereka semua untuk menciptakan user experience yang jauh lebih besar, yang menciptakan engagement antara user dan aplikasi, dan otomatis tidak hanya Bank Arto tapi semua ekosistem yang terlibatnya pun turut berkembang.
Sementara itu, PT Bank Seabank Indonesia juga berhasil membalikkan keadaan kinerja keuangan di paruh pertama 2022 lalu. Bila di Juni 2021 masih merugi Rp 231,8 miliar, kini bank milik e-commerce Shopee ini berhasil membukukan laba bersih Rp 5,97 miliar per Juni 2022. Merujuk laporan keuangan bulanan, pemulihan kinerja ini ditopang oleh kemampuan bank digital ini membukukan pendapatan bunga bersih mencapai Rp 1,25 triliun di Juni 2022. Padahal, pada posisi yang sama tahun lalu hanya Rp 83 miliar.
Ini tak terlepas dari kemampuan bank menyalurkan kredit senilai Rp 13,95 triliun di paruh pertama 2022. Jauh meningkat hingga 814% YoY dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,52 triliun. Kuatnya fungsi intermediasi Sea Bank Indonesia berkat dukungan likuiditas yang memadai. Tercermin dari himpunan dana pihak ketiga (DPK) yang meningkat 267,32% yoy dari Rp 4,6 triliun menjadi Rp 16,92 triliun di paruh pertama 2022.
Ini membuat aset Sea Bank Indonesia semakin tambun mencapai Rp 20,86 triliun di Juni 2022. Melesat dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 6,8 triliun.
PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) juga berhasil diakuisisi oleh perusahaan fintech asal Hong Kong, Welab. Welab memang telah sukses menjalankan bisnis bank digitalnya. Sebelumnya WeLab dan Astra sudah mengoperasikan fintech lending, Maucash di Indonesia. PT Bank Jasa Jakarta (BJJ) bakal memiliki modal yang lebih tebal. Sebab, PT Astra International Tbk dan WeLab telah mengucurkan dana senilai US$ 500 juta dalam mengakuisisi Bank Jasa Jakarta.
Proses penyelesaian transaksi akuisisi ditandai dengan telah diperolehnya persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Nantinya, Astra dan WeLab berencana untuk menjadikan BJJ sebagai bank digital inovatif di Indonesia. Adapun per Juni 2022, modal inti BJJ baru sebesar Rp 2,1 triliun. Meningkat 32,08% secara tahunan dari posisi yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,59 miliar.
Simon menyatakan untuk saat ini tetap mempertahankan bisnis BJJ yang cukup menguntungkan. Kendati demikian, BJJ akan mulai memberikan pelayanan digital banking pada tahun depan.
“Nilai transaksi akuisisi BJJ mencapai US$ 500 juta, berdua dengan Astra International. Modal inti BJJ bakal menjadi sekitar Rp 6 triliun setelah transaksi ini,” ujar Founder dan Group CEO WeLab Simon Loong.
Maximilianus Nico Demus juga mengatakan, bahwa bank digital masih mengalami keuntungan. Kinerja fintech yang mempunyai bank digital juga sangat menguntungkan kemungkinannya lebih dari 70% karena dia punya ekosistem yang dijual.
"Sejauh ini kalau kami perhatikan, kami tetap menyukai saham-saham bank digital yang sudah mempunyai ekosistem. Katakanlah seperti ARTO kemudian BBYB dan Alo Bank juga salah satu bank yang sudah mencapai keuntungan. Tentu ini menjadi salah satu landasan dasar bahwa bisnis bank digital itu bisa menguntungkan, dan kami percaya bahwa ke depannya pasti masih akan menguntungkan. Salah satunya seperti bisnis di ARTO dan BBYB, dan Alo Bank," imbuh Nico.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News