Reporter: Dea Chadiza Syafina |
JAKARTA. PT Bank Pembangunan Daerah DKI Jakarta (Bank DKI) membutuhkan suntikan dana sebanyak Rp 2,27 triliun. Total nilai itu dibutuhkan sampai tahun 2015 mendatang.
Dana segar itu dibutuhkan untuk menjaga rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) di level aman yaitu 15%. Kenaikan CAR diperlukan saat industri perbankan sedang tertekan.
Dalam rancangan bisnis bank (RBB) sampai dengan tahun 2015, Bank DKI menargetkan pertumbuhan pembiayaan di atas 26%.
Tahun 2014, Bank DKI membutuhkan tambahan dana segar sebesar Rp 525 miliar dan tahun 2015 sebesar Rp 1,2 triliun.
Direktur Utama Bank DKI Jakarta Eko Budiwiyono menjelaskan, tahun ini Bank DKI merancang pertumbuhan kredit sebesar 34%. Untuk mencapainya, bank milik pemerintah daerah Jakarta sudah meminta suntikan dana Rp 900 miliar. Namun, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) hanya menyetujui suntikan dana sebesar Rp 350 miliar.
"Kami berharap parlemen menyetujui injeksi modal ini. Sehingga rasio modal kami tidak tergerus," kata Eko di Jakarta, Selasa (19/11).
Apabila tidak mendapatkan persetujuan dari DPRD, Bank DKI akan mencari alternatif lain dalam mencari likuiditas dari pasar modal. Bank milik pemerintah daerah Jakarta itu akan melakukan penawaran saham perdana alias initial public offering (IPO) pada tahun 2015.
"Kami menargetkan IPO sebesar 20% jika tidak mendapatkan injeksi modal," ucapnya.
Eko merinci, Bank DKI dapat meningkatkan permodalan dari laba ditahan. Hingga akhir tahun ini, laba bersih Bank DKI diproyeksikan mencapai Rp 550 miliar. Total laba bersih Bank DKI tahun ini sebesar Rp 200 miliar digunakan untuk dividen dan sisanya adalah untuk laba ditahan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News