Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Bank DKI mempertimbangkan untuk melakukan spin off unit usaha syariah. Terkait dengan spin off ini, perseroan akan melakukannya setelah total aset mencapai antara Rp 7,5 triliun sampai Rp 10 triliun.
Pada semester I-2015, tercatat total aset unit usaha syariah Bank DKI baru sebesar Rp 3,5 triliun.
Direktur Utama Bank DKI, Kresno Sediarsi mengatakan untuk spin off ini sebenernya perseroan masih melakukan review terkait dengan beberapa factor. Seperti dari sisi good corporate governance dan total cost yang dibutuhkan jika unit usaha ini berdiri terpisah.
Pertimbangan lain sebelum melakukan pemisahan unit usaha syariah, menurut Kresno adalah terkait dengan memastikan apakah nantinya usaha syariah tersebut bisa menyediakan dana pembiyaan sendiri kedepannya.
Selain mempertimbangkan pemisahan unit usaha syariah, Bank DKI juga ada opsi untuk menggabungkannya dengan unit usaha syariah dari BPR lain. Namun terkait dengan opsi ini, Bank DKI masih menunggu OJK sebagai insiator ide untuk penggabungan.
“Kedepannya ini unit usaha syariah Bank DKI akan diarahkan ke sektor UMKM,” ujar Kresno di Jakarta, Rabu (2/9).
Sampai akhir tahun, Bank DKI memperkirakan target laba unit usaha syariah akan mengalami kenaikan namun masih dalam single digit.
Sebagai informasi sampai semester pertama 2015 tercatat unit usaha syariah Bank DKI tercatat secara kinerja agak mengalami penurunan. Laba bersihnya turun hampir 25% menjadi Rp 36 miliar. Penurunan laba bersih ini salah satunya disebabkan karena kenaikan beban operasional unit usaha syariah Bank DKI tidak sebanding dengan kenaikan pendapatan pembiayaan.
Tercatat, beban operasional unit usaha syariah Bank DKI tercatat mengalami kenaikan hampir 100% menjadi Rp 40 miliar. Kenaikan biaya operasional ini menurut Kresno disebabkan oleh kenaikan biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang pada semester pertama ini mencapai 7,27%.
Nilai kenaikan CKPN ini adalah antara Rp 150 miliar sampai Rp 160 miliar. “Cadangan kan masuk biaya, makanya perhitungan laba turun,” ujar Kresno.
Untuk pendapatan setelah distribusi bagi hasil juga naik tapi tidak setinggi beban operasional yaitu sebesar 23,53% menjadi Rp 84 miliar. Untuk pembiyaaan pada semester pertama 2015 tercatat mengalami kenaikan sebesar 11,72% menjadi Rp 1,4 triliun. Sedangkan DPK berbentuk dana investasi non profit sharing mengalami kenaikan 14,7% menjadi Rp2,2 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News