kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   -2.000   -0,14%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bank syariah lakukan stress test Rupiah 15.000


Senin, 31 Agustus 2015 / 12:42 WIB
Bank syariah lakukan stress test Rupiah 15.000


Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mendorong perbankan syariah melakukan stress test dengan nilai tukar rupiah berada di level Rp 15.000 per dollar Amerika Serikat. Rencananya hasil stress test tersebut akan diumumkan dalam waktu dekat ini.

Berbeda dengan stress test bank konvensional yang memasukkan variabel NPL dan likuiditas, untuk bank syariah hanya menggunakan variabel nilai tukar.

“Yang kami lakukan adalah untuk mengetahui perubahan nilai tukar ini dan dampaknya ke NPF. Kalau di syariah ya nilai tukar,” ujar Deputi Komisioner OJK Mulya E. Siregar, Jumat (28/8).

Mulya mengatakan dengan nilai tukar rupiah saat ini yang berapa di level Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat, kondisi perbankan syariah masih berada dalam level yang aman.

Namun, kata dia, memang seiring dengan menurunnya kualitas pembiayaan sektor rill menyebabkan rasio NPF perbankan syariah juga naik. Nah, untuk mengantisipasi hal ini, OJK terus mendorong bank syariah agar memantau kualitas penyaluran pembiayaan mereka.

Sebagai gambaran, sampai Mei 2015, rasio pembiayaan bermasalah (non performing financing/NPF) bank umum syariah (BUS) maupun unit usaha syariah mencapai 4,76%, naik dari periode sama pada 2014 sebesar 4,02%.

Berdasarkan statistik perbankan syariah (SPS) yang dipublikasikan OJK, pada Mei 2015 total pembiayaan tidak lancar dari BUS maupun UUS mencapai Rp 9,71 triliun. Pembiayaan kurang lancar kedua jenis bank syariah ini meningkat 46,12% menjadi Rp 3,01 triliun, sedangkan pembiayaan yang diragukan naik 39,2% menjadi Rp 1,74 triliun.

Sementara itu, pembiayaan yang macet tercatat mencapai Rp 4,95 triliun, naik 33,06% secara year on year (yoy), dan pembiayaan dalam perhatian khusus (special mention) melonjak sebesar 53,42% menjadi Rp 21,08 triliun.

Sementara itu, laba bersih BUS maupun UUS menyentuh Rp 1,32 triliun, tumbuh 7,32% dari posisi Mei 2014 yang mencapai Rp 1,23 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×