Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengimbau perbankan syariah agak lebih selektif dalam melakukan pembiayaan. Hal ini mengingat kondisi sektor rill pada semester dua ini yang masih tertekan akibat perlambatan ekonomi.
Deputi Komisioner OJK Mulya E. Siregar mengatakan, saat ini rasio pembiayaan bermasalah perbankan syariah memang sedikit mengalami kenaikan. Hal itu disebabkan karena rata-rata bank syariah sedang melakukan perbaikan pembiayaan dengan konsolidasi internal. Nah, Mulya mengatakan ketika pembiayaan melambat maka rasio non performing financing (NPF) naik.
“Secara matematis, ketika kredit melambat maka pembaginya tidak sebesar dulu, sehingga NPF naik. Nah kami berharap triwulan III sampai akhir tahun sudah ada perbaikan,” ujar Mulya di Jakarta, Jumat (28/8).
Mulya mengatakan memang ada beberapa bank yang mengalami kenaikan Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP) dan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sehingga modal dan laba bersihnya agak turun. Namun terkait hal ini, OJK sudah melakukan arahan kepada perbankan untuk menjaga kinerja dan kualitas asset dan pembiayaan.
Nah, dengan selesainya konsolidasi internal yang dilakukan dengan beberapa bank syariah untuk meningkatkan kualitas aset dan pembiayaan maka ke depannya NPF bank syariah akan mengalami penurunan. Selama ini, menurut Mulya, yang menyebabkan NPF perbankan syariah adalah pembiayaan di bidang sustainable finance seperti energi baru dan terbarukan.
Pembiayaan tersebut ujar Mulya memang tidak mudah. “Bank syariah memang harus diimbau hati-hati dan harus mempunyai orang dan SDM yang paham mengenai bidang tersebut,” ujarnya.
Ia juga mengatakan bahwa sampai akhir tahun nantinya, diharapkan NPF perbankan bisa ditekan di bawah 5% dan pembiayaan bisa tumbuh antara 12% sampai 13%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News