kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Ina Perdana punya dua investor baru


Minggu, 05 Maret 2017 / 17:48 WIB
Bank Ina Perdana punya dua investor baru


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Yudho Winarto

JAKARTA. Pemegang saham di PT Bank Ina Perdana Tbk (INA) terjadi perombakan. Berdasarkan laporan keterbukaan di Bursa Efek Indonesia (BEI), investor terbaru yang akan masuk ke saham Bank Ina Perdana adalah PT Gaya Hidup Masa Kini dan PT Samura Biru. Kedua investor tersebut menjadi angin segar bagi perusahaan.

Edy Kuntardjo, Direktur Utama Bank Ina Perdana mengakui, kedua investor tersebut akan masuk melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue. Data terakhir sambil menunggu audit penjatahan Gaya Hidup Masa Kini akan memiliki saham 12,48% di Bank INA dan Samudra Biru akan memiliki saham 16,52% di Bank INA.

Secara rinci, Gaya Hidup Masa Kini membeli sebanyak 705.545.840 lembar saham dengan harga Rp 240 per lembar, dan Samudra Biru membeli 933.704.159 lembar saham dengan harga Rp 240 per lembar. “Jika denga harga Rp 240 per lembar maka nilai pembelian saham senilai Rp 393,4 miliar,” kata Edy, kepada KONTAN, Minggu (5/3)

Edy menambahkan, data final terakhir sambil menunggu hasil audit penjatahan maka pemegang saham di Bank INA terdiri dari Indolife Pensiontama sebesar 22,44%, Liontrust 18,3%, Samudra Biru sebesar 16,52%, Gaya Hidup Masa Kini sebesar 12,48%, DBS sebesar 10,5%, dan sisanya untuk saham Philadel Terra Lestari dan Oki Wijaya.

Harapannya, setelah kedua investor yang baru masuk ke Bank INA tersebut komitmen untuk terus menyuntikkan modal ke perusahaan meskipun saat ini modal sudah cukup untuk ekspansi. Berdasarkan data, Bank INA mencatat total modal Rp 446,27 miliar dengan rasio kecukupan modal 30,74% per September 2016.

Lanjutnya, setelah terjadi perombakan pemegang saham di Bank INA maka perusahaan akan naik kelas menjadi bank BUKU 2 dengan modal inti minimal Rp 1 triliun. Saat ini, perusahaan belum ada rencana lagi untuk memperoleh modal dari pemegang saham baru maupun menerbitkan obligasi untuk tetap menjaga modal.

Meskipun pemegang saham di Bank INA telah berubah, namun perusahaan tetap konservatif dalam mencanangkan bisnis. Edy bilang, perusahaan mengincar pertumbuhan kredit 10% atau mencapai sekitar Rp 1,51 triliun di akhir tahun 2017 dari perhitungan realisasi kredit sebesar Rp 1,37 triliun per akhir tahun 2016.

Sedangkan dana pihak ketiga (DPK) akan tumbuh 11% atau mencapai sekitar Rp 1,92 per akhir tahun 217 dari perhitungan realisasi perolehan DPK sebesar Rp 1,73 triliun per akhir tahun 2016. Adapun, per Januari 2017 Bank Ina Perdana telah merealisasi kredit senilai Rp 1,29 triliun dan DPK sebesar Rp 1,76 triliun. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×