kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Indonesia rajin suntik likuiditas ke perbankan, buat apa?


Selasa, 14 April 2020 / 19:46 WIB
Bank Indonesia rajin suntik likuiditas ke perbankan, buat apa?
ILUSTRASI. Nasabah bertransaksi di Bank CIMB Niaga Jakarta.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Herlina Kartika Dewi

Apalagi, dengan adanya relaksasi penilaian kredit dan kebijakan restrukturisasi tentu menurut Pandji hampir seluruh perbankan harus punya cadangan likuiditas lebih besar dari biasanya. Sebab, dalam kondisi pelemahan ekonomi seperti sekarang, menurut kacamata Pandji kualitas kredit menjadi sorotan pertama bagi industri perbankan. "Dampak pertama ke NPL, artinya provisi bank pasti naik. Kalau provisi naik sementara pemasukan tidak ada, likuiditas bisa terganggu," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (13/4) malam.

Baca Juga: Bank tak wajib penuhi RIM, ini maksud Gubernur BI Perry Warjiyo

Namun, bagi bank-bank besar tentunya cadangan likuiditas akan lebih jumbo ketimbang bank kecil. Misalnya saja, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) yang mengaku telah meningkatkan cadangan likuiditas 30% lebih besar saat ini. Direktur Finance, Planning, & Treasury Bank BTN Nixon L. P. Napitupulu menuturkan kalau pada kondisi normal cadangan likuiditas BTN hanya Rp 13 triliun, saat ini cadangannya bisa mencapai Rp 20 triliun.

Tentunya, hal ini disebabkan oleh banyaknya debitur BTN yang direstrukturisasi. Menurut catatan perseroan, hingga akhir Maret 2020 sudah ada 17.000 debitur KPR BTN yang diberikan pelonggaran pembayaran. "Sudah ada 17.000 lebih debitur yang pinjamannya sudah dilakukan restrukturisasi. Yang mengajukan permohonan restrukturisasi angkanya puluhan ribu," ujarnya akhir pekan lalu.

Serupa, Direktur Keuangan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Haru Koesmahargyo menyebutkan, likuiditas BRI masih sangat kuat dalam menghadapi potensi restrukturisasi kredit.

Hal itu tercermin dari loan to deposit ratio (LDR) BBRI per Februari 89,5%. "Kebutuhan likuiditas BRI masih sangat mencukupi. Rasio LCR maupun NSFR pun terjaga di atas minimum yang dipersyaratkan sebesar 100%," jelasnya belum lama ini.

Adapun, beberapa bank kecil yang dihubungi Kontan.co.id mengaku likuiditas masih aman. Direktur Kepatuhan PT Bank Woori Saudara Tbk (BWS) I Made Mudiastra bilang dari sisi dana deposito perseroan masih cukup tinggi. Terbukti, per Februari 2020 lalu deposito Bank BWS masih naik 15,96% secara yoy menjadi Rp 14,07 triliun. 

Baca Juga: BI turunkan GWM dan perlonggar kebijakan, likuiditas bank bertambah Rp 117,8 triliun

"Kami tidak terlalu mengejar dana, karena kredit sementara masih direm melihat kondisi ekonomi sekarang," ungkapnya.

Asal tahu saja, rata-rata bank kecil memang lebih banyak mengandalkan deposito sebagai sumber pendanaan lantaran terbatasnya akses ke instrumen lain serta perbedaan karakteristik pembiayaan dibanding bank besar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×