Reporter: Astri Kharina Bangun |
JAKARTA. Faktor kenyamanan dan kemudahan menjadi alasan utama bagi para eksportir Indonesia dalam menyimpan devisa hasil ekspor di luar negeri daripada di dalam negeri.
“Sebetulnya hal ini merupakan tantangan buat perbankan nasional. Bisa tidak bank lokal memberi level layanan yang sama dengan bank asing,” tantang Ekonom Bank Mandiri Destri Damayanti, Selasa (27/9).
Ia menambahkan, perbankan lokal harus melakukan inovasi dengan produk maupun layanan agar siap bersaing dengan bank luar. Mulai dari layanan same day transaction, pemberian bunga, quoting pricing, sampai pasar swap. Divisi treasury harus semakin kuat dan proses administrasi harus bisa menangani pendataan yang kian kompleks.
Faktor lain yang membuat eksportir lebih memilih memarkir dananya di luar negeri adalah mengenai likuiditas dan fluktuasi rupiah. Menurut Desry, masih ada eksportir yang khawatir terhadap kemungkinan kesulitan likuiditas dan gejolak nilai tukar rupiah. Namun, ia menambahkan hal tersebut seharusnya tak perlu menjadi kecemasan berlebihan karena Bank Indonesia masuk ke pasar.
Ekonom Bank Permata Tony Prasetianto menambahkan, perbankan Indonesia juga harus semakin memperkaya pengalaman di level internasional. Dengan demikian, para eksportir juga akan lebih mengenal dan percaya dengan kemampuan perbankan nasional.
"Kita harus bisa meyakinkan eksportir kalau bank-bank dalam negeri juga punya kredibilitas. Sudah ada bank-bank besar yang punya cabang di berbagai negara. Bank-bank lain juga harus mulai outwork looking jangan hanya nyaman dengan domestik," tukas Tony.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News