Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri perbankan dihebohkan dengan terungkapnya kasus pembobolan nasabah bank dengan modus kejahatan skimming. Modus tersebut dilakukan dengan memasang alat skimmer pada mesin anjungan tunai mandiri (ATM) milik bank. Fungsi alat ini, antara lain untuk menyedot data pribadi milik nasabah dan membobol saldo tabungan.
PT Bank Mandiri Tbk salah satu yang menjadi korban. Dana tiga nasabah Bank Mandiri di Surabaya dibobol pelaku. Bank pelat merah ini mencatat kerugian dalam kasus ini berkisar Rp 100 juta-Rp 150 juta.
Sejatinya, Bank Mandiri telah melakukan sejumlah langkah antisipasi sejak kasus skimming mencuat. Salah satunya, dengan memasang perangkat anti-skimming pada tiap mesin ATM Bank Mandiri.
Tak hanya itu, Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rohan Hafas menyebutkan, pihaknya mewajibkan tiap kantor cabang untuk melakukan pengecekan alias monitoring sebaran ATM secara berkala.
"SOP (standard operational prochedure) kami, tiap jam harus berkeliling ke ATM untuk mengecek apakah ada skimming, termasuk di remote area," ujar Rohan di Jakarta, Senin (19/3).
Bank Mandiri patut waspada, lantaran pihaknya memiliki sekitar 17 juta nasabah dan 10 juta lebih diantaranya merupakan pemegang kartu debit alias pengguna ATM. Belum lagi, bank berlogo pita emas ini juga bertanggung jawab kepada 14.600 unit mesin ATM yang tersebar di seluruh Indonesia.
Lanjut Rohan, pencegahan skimming sudah dilakukan perseroan sejak tahun lalu. Meski sudah melakukan langkah antisipasi, Rohan menyebut risiko pencurian data tetap ada seiring dengan fleksibiltias pengguna mesin ATM bagi nasabah bank yang bersangkutan.
Dengan kata lain, ATM Bank Mandiri bisa juga digunakan oleh nasabah bank-bank lainnya dan begitu pula sebaliknya. "Mesinnya sudah borderless. Jadi pengguna kartu bisa menggunakan di mesin ATM lain. Bisa kena (skimming) juga," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News