Reporter: Nina Dwiantika, Astri Kharina | Editor: Asnil Amri
JAKARTA. Keinginan Bank Mandiri melepas sebagian obligasi rekapitalisasi akan terealisasi dalam waktu dekat. Saat ini perseroan tengah menegosiasikan penjualan surat utang warisan krisis ekonomi 1998 itu dengan tiga bank asing. Targetnya rampung akhir Mei ini.
Negosiasi bersamaan
dengan proses pemberian pinjaman valuta asing (valas) senilai US$ 300 juta. Jadi, kreditur Bank Mandiri ini akan merangkap sebagai calon pembeli obligasi rekapitalisasi. Royke Tumilaar, Direktur Treasury, Financial Institution & Special Asset Management Bank Mandiri enggan mengungkapkan identitas ketiga bank asing itu. Ia hanya mengatakan, negosiasi penjualan obligasi dengan pemberian kredit dilakukan bersamaan dan diusahakan tuntas pada saat yang sama.
Meski prosesnya berbarengan, Royke menegaskan, penjualan obligasi dan pemberian kredit adalah dua hal terpisah. Artinya, obligasi rekapitalisasi bukan alat barter ataupun agunan dari kredit yang diterima perseroan. Ada tidaknya pengalihan surat utang, Bank Mandiri akan tetap menerima pinjaman dari ketiga bank asing tersebut.
Manajemen menawarkan semua obligasi rekapitalisasi berstatus available for sale senilai Rp 54 triliun. Namun, ketiga bank asing tersebut hanya bersedia membeli Rp 3 triliun. Kalau berhasil, selain mengantongi pinjaman valas US$ 300 juta, bank BUMN terbesar ini akan meraup hasil penjualan senilai Rp 3 triliun. "Jika berhasil, ke depan kami akan menawarkan lagi ke bank asing lain," kata Royke, Senin (21/5).
Sekadar mengingatkan, Mandiri ingin melepas seluruh obligasi rekapitalisasi karena sudah tidak menguntungkan. Saat ini, yield cuma 3% per bulan alias mengacu ke yield surat perbendaharaan negara (SPN) tiga bulan. Sebelumnya bank menikmati bunga di atas 6%, karena acuan penghitungannya adalah sertifikat Bank Indonesia (SBI) tiga bulan. Perubahan bunga terjadi setelah BI meniadakan lelang
SBI bertenor pendek.
Direktur Keuangan Bank Mandiri, Pahala Nugraha Mansyuri sebelumnya mengatakan, setiap penurunan bunga obligasi rekapitalisasi sebesar 1%, bank akan kehilangan potensi pendapatan senilai Rp 900 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News