kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Masih Hindari Tekstil dan Garmen


Rabu, 03 Februari 2010 / 10:49 WIB
Bank Masih Hindari Tekstil dan Garmen


Sumber: KONTAN | Editor: Johana K.

JAKARTA. Perbankan masih tebang pilih dalam menggelontorkan kredit ke sektor riil. Mengutip hasil survei perbankan paling mutakhir yang digelar Bank Indonesia (BI), bank-bank di Tanah Air masih menghindari penyaluran kredit ke sektor industri pengolahan, tekstil, garmen, dan properti.

Dalam survei itu, bankir mengungkapkan sejumlah alasan menghindari sektor tersebut.
Pertama, pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas antara ASEAN dengan China atau Asean China Free Trade Area (ACFTA) mulai awal tahun ini bakal memperberat daya saing industri tekstil dan garmen. Perbankan khawatir kompetisi langsung dengan China akan memukul industri pengolahan, tekstil dan garmen. "Bank juga menganggap permintaan produk tekstil di pasar internasional masih lemah," tulis BI pada laporan hasil survei tersebut.

Kedua, perbankan menilai kondisi ekonomi sejatinya belum sepenuhnya stabil dan pulih. Sehingga mereka memilih sedikit mengerem pembiayaan yang jangka waktunya panjang. "Kredit investasi yang bersifat jangka panjang masih riskan," jelas BI dalam laporan hasil survei.

Bank akan menghindari sektor properti dan bangunan yang biasanya menyerap kredit investasi bertenor panjang. Khususnya, untuk pembangunan mal dan apartemen.

BI melakukan survei perbankan secara triwulanan. Korespondennya adalah 43 bank umum yang berkantor pusat di Jakarta dengan pangsa kredit sekitar 80% dari total kredit bank umum nasional

Bank hanya selektif

Langsung saja perbankan menolak jika dianggap pilih kasih terhadap empat sektor itu. Direktur Kredit Bank Mega Daniel Budiraharju mengatakan, banknya tidak bermaksud mengucilkan industri tekstil, dan garmen. "Karena tidak menguasai sektor tekstil dan garmen, kami menghindari penyaluran kredit kedua sektor tersebut," ujarnya.

Dia menambahkan, sampai saat ini Bank Mega masih menyalurkan kredit ke sektor properti. "Tapi kami selektif, kami lihat propertinya dulu seperti apa dan potensi pertumbuhannya," katanya.

Direktur Korporasi Bank BNI Krishna R. Suparto mengungkapkan hal senada. BNI hanya bersikap lebih selektif. "Jadi tidak ada maksud menghindar," katanya.

Saat ini, imbuh Krishna, Bank BNI tetap menyediakan kredit untuk sektor garmen dan properti. "Tapi kami melihat siapa yang unggul dan memiliki strategi serta kemampuan manajemen yang baik," katanya.

Pertimbangan lain BNI dalam menyalurkan kredit ke sektor tersebut adalah sistem permodalan perusahaan d calon debitur dan kemampuan nya bersaing di pasar internasional. "Jika memenuhi syarat-syarat itu, kenapa kami tidak menyalurkan kredit ke sana?" ujar Khrisna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×