kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank masih terus memupuk pencadangan sebagai upaya memitigasi resiko


Kamis, 29 Juli 2021 / 17:47 WIB
Bank masih terus memupuk pencadangan sebagai upaya memitigasi resiko
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang Bank Mandiri Jakarta, Kamis (29/7). ./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/29/07/2021.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus memupuk pencadangan guna memitigasi resiko kredit di tengah tekanan pandemi Covid-19 yang belum berakhir. Meskipun rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) hingga Juni sudah turun, namun coverage rasio terhadap NPL masih ditingkatkan. 

Sejumlah bank masih akan terus mencermati perkembangan kredit restrukturisasi Covid-19 dalam mengalokasikan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sampai akhir tahun. Tidak tertutup kemungkinan pencadangan ditambah jika kredit yang direstrukturisasi tidak menunjukkan tanda-tanda untuk membaik. 

PT Bank Mandiri Tbk misalnya, telah membentuk pencadangan di level yang konservatif di kisaran 221,87% per Juni 2021 atau sebesar Rp 8,7 triliun. Itu meningkat 26,35% dibandingkan periode yang sama tahun lalu di level 195,53%. 

Baca Juga: Laba Bank Mega tumbuh 32% jadi Rp 1,56 triliun pada semester I

Sigit Prastowo Direktur Keuangan Bank Mandiri mengatakan, pihaknya sudah memupuk pencadangan sejak awal pandemi untuk mengantisipasi resiko kredit, termasuk di dalam mengalokasikan CKPN khusus untuk kredit yang direstrukturisasi karena Covid-19.  Jika tahun 2019, pencadangan yang dialokasi hanya mencapai Rp 9,9 triliun maka tahun 2020 telah mencapai Rp 17,9 triliun. 

"Semester I 2021, pencadangan sudah Rp 8,7 triliun. Kami akan terus melakukan langkah konservatif dengan pencadangan untuk antisipasi dampak Covid-19. Kami berharap, kredit yang direstrukturisasi terus menurun dan kualitas kredit naik seiring dengan berjalannya vaksinasi. Pencadangan ke depan akan menyesuaikan perkembangan restrukturisasi kredit," jelasnya dalam konferensi pers virtual, Kamis (29/7).

Sedangkan kualitas kredit Bank Mandiri semakin membaik. NPL gross per Juni 2021 tercatat 3,08%, turun 21 basis poin (bps) dari periode yang sama tahun lalu di level 3,28% dan juga turun dari Desember 2020 di level 3,09%.

Ahmad Siddik Badruddin Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri mengatakan, perseroan masih terus melakukan penilaian terhadap potensi dampak PPKM darurat terhadap kualita aset. Namun, perseroan sudah melakukan antipasi penurunan kualitas kredit serta potensi pemburukan aset setelah program restrukturisasi Covid-19 berakhir lewat pencadangan.  

Per Juni 2021, Bank Mandiri telah mengalokasikan CKPN dari 13% total baki debet restrukturisasi Covid-19. Sebagian besar pencadangan dialokasi untuk kredit restrukturisasi dari jasa konstruksi dan infrastruktur, properti, kendaraan, Horeka, dan jasa transportasi.  "Skenario yang dilakukan Bank Mandiri sudah sejalan dengan rencana bisnis bank. NPL sampai akhir tahun diperkirakan 3,1% atau akan relatif sama dengan posisi Juni," kata Siddik. 

Baca Juga: Ditopang dana murah, DPK Bank Mandiri tumbuh 19,73% pada semester I

PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN) berhasil  meningkatkan kualitas asetnya. Per Juni 2021, rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) adan ke level 3%. Itu turun dibandingkan kuartal I yang berada di level 3,3% dan juga dari periode yang sama tahun 2020 di level 4,2%. 

Direktur PT Bank Danamon Indonesia Tbk, Dadi Budiana mengatakan, peningkatan kualitas aset tersebut sejalan prosedur pengelolaan risiko yang ketat  yang dilakukan perseroan, serta proses collection dan recovery kredit secara disiplin.

Untuk mengantisipasi resiko NPL, bank ini sudah mengalokasikan pencadangan 177% terhadap NPL hingga Juni atau senilai Rp 6,7 triliun. Itu meningkat dibandingkan periode sama tahun sebelumnya sebesar 117,2%.

Untuk saat ini, Dadi menilai jumlah tersebut sudah memadai. Namun, tidak tertutup kemungkinan ditambah sesuai dengan perkembangan NPL dan perkembangan restrukturisasi kredit terdampak Covid-19.

"Pencadangan sebetulnya suatu proses yang berkesinambungan. Memang kadang ada yang hanya proses satu kali kalau terjadi hal yang luar biasa. Seperti pada November 2020, kami melakukan pencadangan one off dalam jumlah besar karena dampak pandemi dan tingginya restrukturisasi. Tetapi setelahnya dilakukan berkesinambungan. CKPN 177% saat ini kami rasa sudah cukup memadai. Tetapi akan terus kami kalibrasi sesuai perkembangan NPL kami," kata Dadi dalam paparan virtual, Rabu (28/7).

Baca Juga: Semester I 2021, pembiayaan Bank Syariah Indonesia (BRIS) tumbuh di atas 10%

Dadi bilang, pihaknya akan berupaya menjaga NPL tidak menembus 3,5% meskipun kebijakan PPKM bisa mempengaruhi kualitas aset ke depan. Sampai akhir tahun, Bank Danamon menargetkan menjaga NPL di kisaran 3%-3,3%. 

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengaku pihaknya masih optimis mengejar target kredit tumbuh 6%-7% hingga penghujung 2021 meskipun PPKM menekan laju kredit perseroan yang sudah mulai lari kencang di kuartal II.

Saat ini, BTN telah memiliki pencadangan NPL covarege ratio di level 120,72% lebih tinggi dibandingkan paruh pertama 2020 sebesar 107,9%. Haru bilang, ada kemungkinan pencadangan akan ditambah sesuai dengan perkembangan kolektabilitas kredit perseroan. BTN akan menjaga rasio non performing loan (NPL) sekitar 3,8%- 3,9% sampai akhir tahun. 

Sedangkan PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) telah memiliki pencadangan NPL covarege ratio di level 120,72%, lebih tinggi dibandingkan paruh pertama 2020 sebesar 107,9%. 

Baca Juga: Ditopang kredit korporasi, kredit Bank Mandiri naik 16,4% pada semester I

Direktur Utama Bank BTN Haru Koesmahargyo mengatakan, ada kemungkinan pencadangan akan ditambah sesuai dengan perkembangan kolektabilitas kredit perseroan. 

BTN berhasil meningkatkan kualitas asetnya dimana NPL gross per Juni 2021 turun level 4,1% dari 4,71% pada periode yang sama tahun lalu. Perseroan menargetkan NPL bisa semakin menurun ke level 3,8%-3,9% sampai akhir tahun. 

Selanjutnya: Ini kata BCA soal fee merchant discount rate sebesar 0,5%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×