Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan terus mencari cara mendapatkan pundi-pundi pemasukan mereka. Saat kenaikan bunga kredit tidak bisa menjadi pilihan karena kondisi ekonomi yang belum stabil, bank pun melirik meningkatkan pendapatan non bunga atau fee based income. Salah satu cara mendapatkan pendapatan non bunga ini adalah memacu transaksi dengan mesin electronic data capture (EDC). Kalangan perbankan mengaku pendapatan ini lumayan bisa mengisi pundi-pundi mereka hingga akhir tahun nanti.
Namun, meningkatkan pendapatan dari transaksi ini belakangan ini cukup sulit. Beberapa perusahaan non-bank juga bisa masuk ke lini bisnis sistem pembayaran menggunakan QR Code membuat persaingan cukup ketat.
Meski demikian, Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi mengatakan, adanya pemain baru tidak berpengaruh pada bisnis EDC Bank Mandiri. "Kami sama-sama membangun less cash society. Selain itu, pasarnya sangat besar. Bank, fintech dan institusi lain harus bahu membahu membangun sistem ini," ujar Thomas
Bank pelat merah ini sendiri mampu meningkatkan frekuensi transaksi sekitar 17,5% pada Agustus 2018 dibandingkan tahun lalu. Bahkan, nominal transaksi tumbuh 12% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp 80 triliun.
Sembari menunggu Bank Indonesia merampuingkan regulasi mengenai QR Code, bank dengan sandi saham BMRI ini telah menyiapkan langkah strategis. Thomas mengatakan, Mandiri tengah menyiapkan infrastruktur QR Code yang ditargetkan siap digunakan pada kuartal keempat 2018.
Thomas memproyeksi volume transaksi mesin EDC di Bank Mandiri tumbuh 14% yoy menjadi Rp 120 triliun. Guna mencapai target tersebut Mandiri akan terus program marketing dengan merchant guna mendorong nasabah bertransaksi secara non tunai.
Hingga Agustus 2018, Bank Mandiri telah bekerjasama dengan lebih dari 190.000 merchant dengan jumlah EDC mencapai lebih dari 240.000 mesin di seluruh Indonesia. Beberapa sektor yang menaikkan transaksi ini Hingga Agustus 2018, bisnis ritel supermarket, restoran dan home appliances.
Sementara CIMB Niaga menargetkan total transaksi di merchant tumbuh hingga 25% hingga akhir 2018 guna meningkatkan pendapatan non bunga. Sedangkan pertumbuhan total transaksi CIMB Niaga di mesin EDC pada 2017 mencapai 35%. "Sejauh ini masih on track untuk jumlah transaksi. Masih belum terlihat perubahan atau penurunan," ujar Direktur Bisnis Konsumer CIMB Niaga Lani Darmawan.
Menurut Lani, kinerja hingga bulan Agustus ditopang oleh transaksi ritel, grosir, dan travel. Namun, pertumbuhan tinggi berasal dari transaksi belanja online yang tumbuh 30%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News