Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Noverius Laoli
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja sejumlah bank yang sahamnya dimiliki perusahaan financial technology (fintech) mulai menunjukkan perbaikan pada Kuartal I-2024.
Alhasil para bankir menargetkan pertumbuhan kinerja agresif hingga akhir tahun 2024 ini.
Untuk mendorong kinerja tersebut, bank-bank ini tentu memerlukan kecukupan permodalan atau sumber dana yang memadai dalam menggenjot pertumbuhan kreditnya.
Ambil contoh PT Bank Neo Commerce Tbk (BNC), bank yang dimiliki PT Akulaku Silvrr Indonesia ini berhasil membukukan laba bersih dari sebelumnya masih menderita kerugian pada 2023 lalu.
Baca Juga: Judi Online Marak, Pengamat Sebut Ada Kaitannya dengan Fintech Lending
Bank berkode saham BBYB ini mencatatkan laba bersih sebesar Rp 14,23 miliar pada kuartal I-2024 dari sebelumnya rugi Rp 68,40 miliar pada periode yang sama tahun lalu.
Dari sisi intermediasi, BNC telah menyalurkan sebesar Rp 9,40 triliun pada Kuartal I-2024, turun 13,87% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 10,91 triliun.
Untuk mendorong ekspansi kredit BNC lebih agresif tahun ini yang ditargetkan dapat tumbuh di kisaran 20% sampai 25%, BNC bakal menambah modalnya melalui right issue dengan menerbitkan sebanyak-banyaknya 5 miliar saham baru.
Perolehan modal dari rencana aksi rights issue ini ditaksir sebanyak Rp 600 miliar sampai Rp 800 miliar, bahkan bisa menyentuh angka Rp 1 triliun. Direktur Bisnis BNC Aditya Windarwo menyebut pihaknya masih menghitung harga right issue.
Baca Juga: Amar Bank akan Bagikan Dividen Rp 55 Miliar, Simak Jadwalnya
"Rata-rata harga tertimbang dari histori 6 bulan atau 3 bulan, baru nanti bisa tentukan harganya seperti apa, tapi kalau melihat harga saham sekarang bisa dikisaran Rp 600 miliar-Rp 800 miliar. Kalau harga naik bisa kemungkinan Rp 1 triliunan," kata Aditya.
Aditya mengatakan, perolehan dana right issue nantinya akan dialokasikan untuk modal ekspansi kredit sebanyak 40%, sisanya untuk kegiatan operasional sebesar 45%, dan pengembangan teknologi informasi.
Dari sisi penyaluran kredit, BNC mulai fokus menyasar segmen kredit komersial dan korporasi.
Sementara itu, PT Bank Amar Indonesia Tbk (Bank Amar) mengaku belum ada rencana aksi korporasi tahun ini, mengingat rasio kecukupan modal bank yang sahamnya dimiliki Investree Singapore Ltd (Investree Group) yang merupakan perusahaan induk dari perusahaan fintech PT Investree Radhika Jaya (Investree) di Indonesia.
Senior Vice President Finance Bank Amar David Wirawan mengatakan, saat ini rasio permodalan (CAR) Bank Amar masih sangat memadai untuk mendukung penyaluran kredit tahun ini.
"Terkait isu likuiditas, rasio LDR yang tinggi itu memang tidak dapat dipungkiri karena kita mendapatkan suntikan modal sebesar Rp 2 triliun di tahun 2022. Rasio CAR kami juga sangat besar, oleh karena itu kami akan mengoptimalkan penggunaan dana fokus dari internal Bank Amar," ungkapnya kepada Kontan.
Baca Juga: Dapat Restu OJK, Bank BTPN Resmi Jadi Bank Kustodian
Lebih lanjut, dengan permodalan yang kuat tersebut Bank Amar menargetkan pertumbuhan kredit minimal 20% yoy sampai akhir tahun 2024.
Bank Amar pada Kuartal I-2024 mencatatkan kinerja laba yang positif sebesar Rp 48,86 miliar, atau meningkat 41,9% yoy dari sebelumnya Rp 34,43 miliar pada tahun lalu.
Adapun total kredit yang disalurkan tercatat sebesar Rp 2,75 triliun pada Kuartal I-2024, meningkat 14,6% yoy dari periode tahun sebelumnya sekitar Rp 2,4 triliun.
Strategi bisnis Bank Amar tahun ini yakni mempertahankan fokus pada bisnis retail yang telah ada, dan meningkatkan fokus pada UMKM dan embedded banking.
Baca Juga: Sejumlah Bank Ini Membukukan Pemburukan Rasio Kredit Macet (NPL)
Sementara itu, PT Bank Sahabat Sampoerna, bank milik Xendit Group ini juga akan menggenjot pertumbuhan kreditnya tahun ini di kisaran 15% yoy.
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna Henky Suryaputra menyebut, demi mencapai target bisnis tersebut, salah satu upaya yang dilakukan yakni dengan mendukung bisnis UMKM melalui pemberian bunga kredit yang flat meski era bunga tinggi.
"Struktur keuangan Bank Sampoerna yang kuat dengan likuiditas yang baik antara lain terfleksikan pada rasio kecukupan modal (CAR) yang mencapai 28,8%, jauh melampaui minimal rasio yang direkomendasikan oleh regulator," kata dia.
Pada Kuartal I-2024, bank ini membukukan laba bersih Rp 26,3 miliar, meningkat 43% secara tahunan (YoY) dari kuartal I 2023. Bank Sampoerna juga mencatat pertumbuhan kredit 13,2% YoY menjadi Rp 11,6 triliun dibandingkan penyaluran kredit pada akhir Maret 2023 sebesar Rp 10,3 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News