Reporter: Roy Franedya | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Bank Papua menunda rencana menjadi bank devisa. Bank milik Pemerintah Provinsi Papua ini masih terkendala ketersediaan sumber daya manusia (SDM) di posisi-posisi strategis.
Direktur Utama Bank Papua, Eddy R Sinulingga mengatakan, pihaknya sedang berburu karyawan sekelas vice president dan senior vice president yang mempunyai pengalaman transaksi valas. Tapi hingga Desember ini Bank Papua tak kunjung memperoleh tenaga yang diinginkan itu.
Padahal sebelumnya, status Bank Papua menjadi bank devisa naik akhir tahun ini. "Tapi Bank Indonesia (BI) meminta kami menunda, sampai menemukan SDM yang sesuai. Semoga terealisasi pada pertengahan 2012," ujarnya, belum lama ini.
Dalam mengembangkan bisnis devisa, Bank Papua memilih merekrut pegawai baru yang siap pakai, ketimbang mendidik karyawan yang ada. Argumennya, meningkatkan kemampuan karyawan, bank membutuhkan waktu yang cukup lama. "Kami ingin langsung jalan, karena banyak peluang bisnis yang harus cepat kami optimalkan. Potensi ekspor-impor di Papua menjanjikan," katanya.
Bank Papua sudah menganggarkan dana sebesar Rp 10 miliar - Rp 15 miliar untuk mengembangkan bisnis valuta asing. Pada tahap awal, perseroan akan melayani liquidity management, pasar uang, pertukaran uang dan pengiriman uang.
Dari sisi kinerja, per September lalu, Bank Papua telah menyalurkan kredit sebesar Rp 5,1 triliun atau tumbuh 20% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Adapun dana pihak ketiga (DPK) mencapai Rp 14,9 triliun, tumbuh 15%. Hingga Oktober lalu, Bank Papua mencetak laba sebesar
Rp 340 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News