Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Mendekati akhir tahun, sejumlah Bank Pembangunan Daerah (BPD) masih membukukan kinerja cukup positif. Hal ini terbukti dari beberapa BPD yang dihubungi Kontan.co.id, mengamini sampai dengan bulan Oktober 2018 pertumbuhan laba bersih masih cukup signifikan.
PT BPD Jawa Timur Tbk (Bank Jatim) misalnya yang sampai bulan Oktober 2018 lalu mencatatkan laba bersih sebesar Rp 1,19 triliun. Bila dibandingkan secara tahunan atau year on year (yoy) jumlah ini naik 5,56% dari perolehan bulan Oktober 2017 lalu.
Dalam data yang diterima Kontan.co.id, Direktur Keuangan Bank Jatim Ferdian Satyagraha memaparkan beberapa faktor penopang laba Bank Jatim antara lain dari pendapatan bunga bersih (net interest income) yang naik 4,6% yoy menjadi Rp 3,05 triliun. Pada bulan yang sama, pendapatan operasional perseroan tercatat menyentuh Rp 1,62 triliun atau naik 5,85% yoy dari periode Oktober tahun lalu Rp 1,53 triliun.
Pun dari sisi kinerja, perolehan laba bersih bank bersandi emiten BJTM ini juga didorong dari realisasi penyaluran kredit yang naik 7,23% yoy menjadi Rp 33,34 triliun pada sepuluh bulan pertama 2018. Sementara dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 9,2% yoy menjadi Rp 52,42 triliun.
Sebelumnya, Direktur Utama Bank Jatim R. Soeroso menyatakan pihaknya memprediksi kredit Bank Jatim dapat tumbuh 9,5% sampai 10% di tahun depan. Adapun, dari sisi laba Bank Jatim tahun ini memang hanya mematok pertumbuhan sebesar 5%.
Di sisi lain, PT BPD Jawa Tengah (Bank Jateng) justru membukukan laba bersih tumbuh signifikan pada bulan Oktober 2018. Direktur Keuangan Bank Jateng Dwi Agus Pramudya menuturkan sampai dengan akhir Oktober 2018 laba sebelum pajak perseroan sudah menembus Rp 1,75 triliun.
Salah satunya didorong dari realisasi kredit yang tumbuh di level 9% pada bulan Oktober 208. "Pertumbuhan kredit Oktober Rp 45,7 triliun naik 9,6% secara yoy," ujar Dwi saat ditemui di Jakarta, Kamis (29/11).
Adapun, bila dirinci berdasarkan laporan keuangannya pada bulan Oktober 2018, laba bersih perseroan tercatat menembus Rp 1,31 triliun atau naik 12,42% yoy. Salah satunya ditopang dari kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 15,18% menjadi Rp 3,14 triliun dari Rp 2,73 triliun di periode tahun sebelumnya atau yoy.
Agus memaparkan, prediksinya sampai akhir tahun laba pereroan akan mampu berada di atas level 12% yoy. Dengan catatan realisasi kredit mencapai Rp 48,2 triliun atau tumbuh sekitar 12%.
Sementara untuk tahun depan, bila kondisi ekonomi masih stabil seperti tahun 2018. Pihaknya menyebut tak menutup kemungkinan pertumbuhannya akan bisa sama. "Growth kredit itu target 9%-10%. Tapi laba mungkin bisa 12%. Tahun depan kurang lebih sama," katanya.
Ada beberapa kendala yang bakal dihadapi oleh perbankan untuk menggenjot ekspansi, salah satunya dari sisi likuiditas. Ketatnya likuiditas disebut Agus bisa berdampak pada terbatasnya ruang ekspansi perusahaan.
Atas hal itu, pihaknya per 26 November 2018 lalu sudah menerbitkan NCD senilai Rp 1 triliun guna mengantisipasi pengetatan likuiditas di tahun depan. Wajar, lantaran BPD memang di akhir tahun bakal mengalami penyusutan DPK akibat pencairan dana Pemerintah Daerah (Pemda).
Bank Jateng saja misalnya, per Oktober 2018 mencatatkan DPK turun sebesar 3,47% yoy. "Memang kalau BPD akhir tahun itu seret karena ada dana Pemda yang ditarik, biasanya akan mulai kembali normal di awal awal tahun depan seperti Februari-Maret," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News