Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Handoyo .
Adapun, bila dirinci berdasarkan laporan keuangannya pada bulan Oktober 2018, laba bersih perseroan tercatat menembus Rp 1,31 triliun atau naik 12,42% yoy. Salah satunya ditopang dari kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 15,18% menjadi Rp 3,14 triliun dari Rp 2,73 triliun di periode tahun sebelumnya atau yoy.
Agus memaparkan, prediksinya sampai akhir tahun laba pereroan akan mampu berada di atas level 12% yoy. Dengan catatan realisasi kredit mencapai Rp 48,2 triliun atau tumbuh sekitar 12%.
Sementara untuk tahun depan, bila kondisi ekonomi masih stabil seperti tahun 2018. Pihaknya menyebut tak menutup kemungkinan pertumbuhannya akan bisa sama. "Growth kredit itu target 9%-10%. Tapi laba mungkin bisa 12%. Tahun depan kurang lebih sama," katanya.
Ada beberapa kendala yang bakal dihadapi oleh perbankan untuk menggenjot ekspansi, salah satunya dari sisi likuiditas. Ketatnya likuiditas disebut Agus bisa berdampak pada terbatasnya ruang ekspansi perusahaan.
Atas hal itu, pihaknya per 26 November 2018 lalu sudah menerbitkan NCD senilai Rp 1 triliun guna mengantisipasi pengetatan likuiditas di tahun depan. Wajar, lantaran BPD memang di akhir tahun bakal mengalami penyusutan DPK akibat pencairan dana Pemerintah Daerah (Pemda).
Bank Jateng saja misalnya, per Oktober 2018 mencatatkan DPK turun sebesar 3,47% yoy. "Memang kalau BPD akhir tahun itu seret karena ada dana Pemda yang ditarik, biasanya akan mulai kembali normal di awal awal tahun depan seperti Februari-Maret," tuturnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News