Reporter: Galvan Yudistira | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
JAKARTA. PT Bank Permata Tbk menepis isu soal rencana penjualan saham yang dimiliki oleh Standard Chartered. Hal ini, menurut manajemen Bank Permata, salah satunya dibuktikan dengan dukungan pemegang saham baik terkait permodalan maupun bimbingan teknis.
Direktur Utama Bank Permata Roy Armand Arfandy mengatakan, komitmen pemegang saham mengenai permodalan tersebut diperlihatkan saat pemegang saham bertindak menjadi pembeli siaga alias standby buyer dalam penerbitan saham baru (rights issue) yang dilaksanakan pada Juni lalu.
“Terkait dengan apakah ke depannya ada investor yang masuk, saat ini kami masih belum bisa berkomentar karena hal tersebut merupakan ranah share holder,” terang Roy, Rabu (23/11).
Roy menambahkan, lewat aksi rights issue tersebut, ada tambahan modal yang masuk sehingga rasio kecukupan modal atawa capital adequacy ratio (CAR) bisa meningkat menjadi 19,3% pada September 2016, naik dari tahun lalu yang sebesar 15,5%.
Mengenai agenda Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) Bank Permata yang akan digelar 13 Desember mendatang, manajemen Bank Permata mengungkapkan tidak ada agenda penjualan saham perusahaan milik pemegang saham.
Agenda RUPSLB mendatang hanya perubahan susunan pengurus Bank Permata. Sebelumnya sempat berhembus kabar bahwa pemegang saham Bank Permata yakni Standard Chartered berniat melepas kepemilikan sahamnya karena kinerja Bank Permata yang kurang bagus tahun ini.
PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) sempat disebut-sebut sedang menjajaki pembelian saham Bank Permata milik Standard Chartered. Standard Chartered merupakan pemegang 45% saham Bank Permata. Jumlah yang sama juga dipegang oleh PT Astra International Tbk.
Turunkan NPL
Kinerja Bank Permata memang tengah tertekan tahun ini. Maka itu, di tahun depan, Roy bilang, Bank Permata mempunyai beberapa strategi untuk meningkatkan kinerja. Salah satunya mengerek pendapatan non bunga dan berusaha menurunkan kredit bermasalah.
Diharapkan dengan strategi tersebut, pada pertengahan tahun 2017 bank berkode saham BNLI ini bisa kembali memperoleh laba. Untuk menggenjot pendapatan non bunga, Bank Permata akan memperbesar bisnis bancaasurance dan fee based dari produk non bank.
Sebagai informasi, sampai kuartal III 2016, Bank Permata mencatatkan kenaikan pendapatan non bunga sebesar 21% menjadi Rp 1,74 triliun dari periode yang sama tahun 2015. Hal ini merupakan kontribusi dari tiga bisnis utama, yaitu bancaassurance, wealth management dan treasury.
Untuk kredit bermasalah, Bank Permata akan fokus pada peningkatan kualitas aset, melakukan restrukturisasi dan rescheduling, serta penguatan tim spesial aset manajemen.
Hingga kuartal III 2016, ada tiga sektor utama penyumbang NPL Bank Permata. Pertama, perdagangan besar dan kecil sebesar 28% dari total NPL. Kedua, industri pengolahan sebesar 23%. Ketiga, sektor pertambangan dan penggalian sebesar 14% dari total NPL.
Untuk mengurangi NPL, Bank Permata akan mengurangi porsi bisnis wholasale banking yang saat ini berkontribusi sebesar 49%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News