Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Perbankan perlu berpikir keras untuk menumbuhkan tingkat keuntungannya di tahun ini. Pasalnya, perlambatan pertumbuhan kredit ditambah kenaikan beban bunga simpanan, belum bisa diimbangi melalui kontribusi pendapatan berbasis komisi alias fee based income.
Seperti yang dirasakan PT Bank International Indonesia Tbk (BII). Taswin Zakaria, Presiden Direktur BII mengatakan, kontribusi fee based sepanjang tahun 2014 belum sesuai harapan, lantaran cenderung turun akibat kondisi pasar dan kontraksi aktivitas ekspor impor.
"Di BII, kontributor atau sumber fee based terbesar masih berasal dari remitansi, letter of credit (L/C), dan kartu kredit," tutur Taswin kepada KONTAN, Selasa (1/7). Guna mendongkrak kontribusi fee based, Taswin mengincar sumber fee baru.
BII, lanjut Taswin, akan lebih mengintensifkan pendapatan dari cash management, trade finance, supply chain, bancassurance, dan forex income. Dengan adanya sumber komisi baru tersebut, porsi fee based terhadap pendapatan BII diharapkan bisa mencapai angka 30%. Hingga kini, sumbangan fee based BII masih di bawah 10%.
"Sumber fee based baru diharapkan bisa menutup penurunan yang terjadi saat ini," jelas Taswin. Mengacu laporan keuangan Maret lalu, BII meraup pendapatan provisi dan komisi sebesar Rp 84,75 miliar. Angka ini tumbuh tipis 0,07% dari akhir Maret 2013 yang senilai Rp 84,69 miliar.
PT Bank Permata Tbk juga punya pandangan yang serupa. Roy A. Arfandy, Pjs Direktur Utama Bank Permata mengakui, kontribusi fee based belum bisa menutupi perlambatan kredit dan kenaikan beban bunga. Tapi, kata Roy, pertumbuhan fee based Bank Permata sesuai dengan ekspektasi.
Roy menyebutkan, sebagian besar fee based bersumber dari arranger fee sindikasi dan fee transaction banking. "Fee based sedikit di atas bujet, tapi belum bisa menutupi perlambatan kredit dan kenaikan beban bunga. Mungkin saat ini posisinya 20% dari pendapatan," ungkap Roy.
Di tiga bulan pertama tahun 2014, pendapatan provisi dan komisi Bank Permata mencapai Rp 270,55 miliar atau naik 3,54% year on year (yoy) dari sebelumnya Rp 261,28 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News