Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pemerintah melalui Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) berencana melakukan penggabungan atau merger bank syariah anak usaha bank pelat merah. Merger tersebut ditargetkan rampung pada Februari 2021.
Saat ini ada tiga bank umum syariah (BUS) yang merupakan anak usaha bank BUMN dan satu unit usaha syariah (UUS). Keempatnya adalah PT Bank Syariah Mandiri, PT Bank BNI Syariah, PT Bank Rakyat Indonesia Syariah Tbk (BRIS), dan UUS PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN Syariah).
Baca Juga: Bank Mandiri pimpin pangsa pasar sindikasi Indonesia
Menanggap hal tersebut, Ahmad Reza Sekretaris Perusahaan Bank Syariah Mandiri mengatakan, sebagai bagian dari perbankan milik pemerintah, pihaknya siap mendukung rencana Kementerian BUMN tersebut. "Kami akan mendukung dan mengikuti," ujarnya pada Kontan.co.id, Jumat (14/8).
Hanya saja, dia tidak bersedia menjelaskan lebih detail bagaimana progres dari rencana merger tersebut dengan alasan hal itu merupakan domain dari pemegang saham.
Direktur Bisnis dan Ritel BRI Syariah Fidri Arnaldi sebelumnya juga mengatakan akan mendukung upaya Kementerian BUMN untuk memperbesar bank syariah agar lebih besar dab bisa bersaing di level internasional.
"Tentu kami sebagai perusahaan BUMN mendukung program pemerintah kita yang ingin syariah tampil dengan aset yang lebih besar. Namun, saat ini kami akan fokus menumbuhkan kinerja dulu sebelum ada langkah resmi dari pemerintah,” kata Fidri.
Baca Juga: Pengguna LinkAja hampir mencapai 50 juta, 40% di luar Jawa
Sementara Sunarso, Direktur Utama BRI dalam paparan virtual, Kamis (13/8) menilai rencana merger tersebut merupakan langkah yang baik karena akan mendorong efisiensi dan memperluas jangkauan bank syariah BUMN.
"Saat ini market share seluruh keuangan syariah baru 9,03%. Sementara kita punya semangat untuk memperbesar market share ini. Dengan merger bank syariah yang dimiliki Himbara maka masing-masing bank tidak perlu investasi hal-hal yang tujuannya sama seperti market, penggunaan dan produk yang sama. Akhirnya akan terjadi efisiensi dari sisi investasi infrastruktur," jelasnya.
Kemudian, lanjutnya, ukuran bank akan lebih besar sehingga akan meningkatkan daya saing di pasar yang pada akhirnya bakal memperluas jangkauan pasar.
Meski tujuannya baik, namun Sunarso menekankan, agar pasar keuangan syariah itu berkembang dengan baik maka diperlukan beberapa pemain besar yang bisa saling bersaing. "Kalau ada bank yang besar maka harus punya lawan yang besar juga untuk bermain di pasar yang seimbang," tandasnya.
Baca Juga: Peringati kemerdekaan, OJK fokus pada program pemulihan ekonomi
Sebelumnya, Menteri BUMN Erick Thohir menyatakan upaya merger agar bank syariah BUMN dilakukan untuk mendorong pengembangan pasar keuangan syariah. Sebab pasar syariah memiliki prospek kebutuhan cukup besar di Indonesia.
Jika ketiga BUS dan 1 UUS ini bergabung maka total asetnya akan menjadi Rp 236,86 triliun lebih dan menjadi bank berperingkat delapan besar atau setara Bank Dubai Islamic Bank.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News